Pengalaman Ikut Tour d'Semaka di Kabupaten Tanggamus, Lampung

Ada yang tahu tentang Tanggamus? Satu kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia?
Aku sendiri baru dengar tentang Tanggamus ketika mendaftar untuk ikut serta dalam Tour d'Semaka.


Kalau kamu tahu tentang Teluk Kiluan dan lumba-lumbanya yang populer, kalau kamu pernah dengan tentang Pantai Gigi Hiu yang terkenal dengan keunikan karang-karangnya, semestinya kamu kenal dengan Tanggamus. Lokasi Teluk Kiluan dan Pantai Gigi Hiu ada di Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Keindahan alam Tanggamus nggak hanya di Teluk Kiluan dan Pantai Gigi Hiu aja, tapi ada masih banyak tempat seru lain di Tanggamus yang luar biasa indah. Itulah mengapa Tanggamus punya tagline Majestic Tanggamus. Setidaknya itulah yang aku rasakan selama menjelajah Tanggamus saat ikut Tour d'Semaka September 2019 ini.


Tour d'Semaka sendiri merupakan bagian dari Festival Teluk Semaka yang rutin diadakan tiap tahun oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus. Nama Teluk Semaka sendiri diambil dari nama teluk di Kota Agung, Tanggamus.

Day 1: kuda lumping, belah ketupat, agrowisata jambu kristal, Batu Kapal, dan bendungan terbesar di Asia Tenggara


Peserta festival kuda lumping beraksi

Aku dan 19 peserta Tour d'Semaka lainnya memulai Tour d'Semaka dari Kemiling, Bandar Lampung pada hari Kamis, jam 7 pagi. Agenda pertama kami adalah menonton lomba kuda lumping di Rest Area Gisting. Perjalanan dari Kemiling ke Gisting ditempuh kurang lebih selama 2 jam. 

Lampung dan kuda lumping tidak terlepas dari sejarah Lampung yang merupakan bagian dari destinasi imigran di jaman pemerintahan Pak Harto. Di Lampung sendiri ada banyak warga yang merupakan keturunan Jawa. Oleh sebab itu ada Festival Kuda Lumping, yang merupakan adat istiadat Jawa.

Kerajinan belah ketupat sebagai kebung (hiasan dinding) untuk upacara adat

Kami berlanjut untuk menyaksikan belah ketupat. Awalnya kupikir belah ketupat ini semacam acara memasak yang dilanjut dengan makan-makan. Ternyata belah ketupat adalah motif khas Tanggamus yang berbentuk segi empat yang terdiri dari warna hitam, putih, kuning, dan merah. Keempat warna ini merepresentasikan tingkatan warga di Tanggamus; saibatin, ratu, bangsawan, dan rakyat jelata.

Motif belah ketupat ini biasanya dijadikan tabik, atau hiasan di dinding, terutama saat diadakan upacara adat Lampung. Seiring perkembangan jaman, motif belah ketupat bisa diaplikasikan pada pakaian, bantal, tas, tudung saji, dan lainnya. Motif belah ketupat sendiri sudah dipatenkan menjadi budaya milik Kabupaten Tanggamus.

Jambu kristal di Agrowisaata Kedora
Jamuan makan khas Lampung

Menjelang siang kami berpindah ke Kedora, agrowisata jambu kristal. Selain makan jambu kristal kami juga dijamu makan siang khas Lampung; ikan, cubik (olahan seruit, cabe, dan santan), dan sayur lalapan yang luar biasa enak. Jambu kristal di Kedora ini juga manis luar biasa. Kami bebas ambil jambu kristal asal bisa menghabiskan di Kedora. Kalau mau bawa pulang tinggal bayar Rp. 15,000 per kg.

Setelah makan kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Wana Wisata Batu Kapal. Batu Kapal ini semacam bukit yang dipenuhi dengan bebatuan. Pemandangan khas perbukitan adalah jurang dengan view pepohonan. Masyarakat setempat menambah bangunan penunjang foto di sana-sini. Aku pribadi kurang setuju dengan printilan-printilan warna-warni khas bangunan manusia.


Menjelang sore kami diajak main ke kantor KPH (Kesatuan Perlindungan Hutan). Ternyata kami diajak ke bagian hutan yang dulunya dibakar oleh warga, kemudian diselamatkan oleh KPH. Salah satu upayanya adalah dengan memanfaatkan hutan tersebut sebagai tempat wisata. Pengelolanya sendiri warga sekitar, sedang KPH sebagai fasilitator.

Bendungan Batu Tegi

Dari kantor KPH di Air Naningan kami diajak ke Tanjung Harapan. Tanjung Harapan terletak di Bendungan Batu Tegi, bendungan terbesar se-Asia Tenggara. Datang ke Tanjung Harapan memberikan pengalaman menarik buatku. Cerita Tanjung Harapan ini akan aku tulis di post tersendiri.

Malam itu kami bermalam di Tanjung Harapan. Aku sendiri memilih menghabiskan separuh malam dengan tiduran di trampolin sambil berharap bintang bersinar malam itu. Separuhnya lagi aku habiskan di dalam tenda di pinggir bendungan. Makin malam angin di Tanjung Harapan makin kencang dan hawa dingin hutan bikin aku kedinginan.

Day 2: Air Terjun Tirai, pelangi, jamuan makan dari warga Lamuran, Air Terjun Makkunyana



Pagi-pagi sekali kami sudah berpindah tempat demi mengejar pelangi. Ada satu tempat bernama Air Terjun Tirai di mana kami bisa melihat pelangi. Kami harus datang sekitar jam 8-9 pagi untuk bisa melihat pelangi.

Perjalanan mengejar pelangi di Air Terjun Tirai ini jadi salah satu pengalaman tidak terlupakan untukku. Aku harus off road naik motor untuk mencapai Air Terjun Tirai di Air Naningan, Tanggamus. Cerita tentang Air Terjun Tirai dan pelanginya yang indah ini juga akan aku tulis di blog post terpisah.

Kami lanjut makan siang di Desa Lamuran. Makan siang hari itu sungguh istimewa. Perlakuan istimewa dimulai dari sambutan ramah warga Lamuran. Saat kami turun dari mobil,kami disambut para pria Lamuran yang berpakaian adat (sarung di atas lutut). Para pria ini kemudian mengantar kami menggunakan motor ke salah satu rumah warga.

Suasana jamuan makan di Desa Lamuran

Di rumah warga tersebut sudah tersedia makanan khas Lampung; ikan, sambal, cubik (yang ini selalu ada), olahan sayuran dan lalapan. Hidangan-hidangan ini berjajar di atas tikar. Kami dipersilakan duduk di sekeliling makanan, kemudian menikmati makanan bersama-sama. Nikmat.

Setelah kenyang, kami kembali diantar naik motor untuk menuju ke Air Terjun Makkunyana. Makkunyana sendiri artinya 'tak kusangka'. Air terjun ini tak disangka-sangka ditemukan warga saat sedang berkebun.

Ketika tiba di Air Terjun Makkunyana, kami disambut dengan musik khas Lampung (canang, gong, haddap, khigok) dan pertunjukan pimcak khakot, ilmu bela diri khas Lampung, lengkap dengan baju adat para performernya. Keren!

Picak Khahot dan Air Terjun Makkunyana

Kami pun agak lupa waktu ketika main di Air Terjun Makkunyana. Ada yang sibuk foto-foto, ada yang sibuk main air, ada juga yang sibuk makan (lagi). Selain dijamu makan siang, kami juga dijamu kudapan khas Lamuran dan kopinya yang enak. Duh, kebayang kalo pas musim duren di bulan Maret, bakalan dijamu duren juga kali yaa.

Malam itu kami menginap di Kota Agung. Kami bahkan sempat mencicipi iwan alias bakso ikan, kuliner terkenal di Tanggamus di Muara Indah. Muara Indah adalah pinggiran pantai, tempat Teluk Semaka berada. Kami menikmati makan malam sambil ngobrol-ngobrol santai dengan seluruh stakeholder pariwisata di Kabupaten Tanggamus.

Day 3: Festival Pakan Agung, Sendratari Ratu Ali, dan Jak Kebung Mit Bantal


Festival Pangan Agung dan baju tradisional Lampung

Berbeda dengan hari sebelumnya, yang menguras tenaga kami untuk menjelajah alam Tanggamus, hari ini kami cukup duduk manis, menikmati hidangan, dan tari-tarian.

Namun sebelumya, kami diajak untuk main ke dermaga di Muara Indah. Kami melihat aktivitas warga, ada yang memancing, ada yang baru pulang melaut dan membawa hasil laut, ada juga pasar ikan di sekitaran dermaga yang penuh dengan penjual dan pembeli. Hasil laut Tanggamus memang istimewa. Ikan-ikannya segar dan dijual dengan murah. Bayangin, 20 ekor ikan untuk Rp. 25,000. Kalau nggak salah jenis ikannya adalah ikan tongkol.

Untuk ikut Festival Pangan Agung, kami menyiapkan diri dengan memakai pakaian sesuai dengan adat Lampung; yang laki-laki menggunakan sarung di atas celananya, sedangkan yang perempuan menggunakan sarung sebagai rok sampai sebatas mata kaki.

Menggunakan sarung ala Lampung

Kami lanjut jalan ke Taman Kota untuk ikut Festival Pangan Agung. Festival Pangan Agung adalah prosesi makan bersama dengan menu makan khas Lampung; ikan, rendang, cubik (yang selalu ada), lalapan, sayur olahan (bisa berupa tumis atau gulai), dan jajanan khas Lampung. Acara Pangan Agung ini merupakan acara adat yang biasanya diadakan saat acara pernikahan, khitan, atau kematian.

Di Festival Pangan Agung ini juga hadir ibu bupati Tanggamus beserta jajarannya, ibu Dinas Pariwisata Tanggamus dan jajarannya, juga para pangeran dari Tanggamus. Waw, aku merasa terhormat.

Siangnya kami lanjut ke Lapangan Merdeka untuk menyaksikan puncak acara Festival Teluk Semaka. Kami bisa melihat legend-nya Lampung, Hila Hambala menyajikan pertunjukan petik tunggal lampung, menyanyi sambil memainkan gitar secara solo. Tentu saja lagu yang dibawakan adalah lagu Lampung. Genre-nya mengarah ke Melayu, mirip-mirip dengan musik di bagian Sumatera lainnya.

Sendratari Ratu Ali

Kami juga bisa menonton pertunjukan Sendratari Ratu Ali. Sendratari ini menceritakan tentang Ratu Ali yang bertapa dan berhasil mengalahkan gangguan para kelelawar. Akibatnya, Ratu Ali mampu mengalahkan dua naga yang berusaha menghancurkan desanya. Hidup Ratu Ali!

Puncaknya tentu saja pertunjukan tari Jak Kebung Mit Bantal. Artinya adalah dari kebung (hiasan dinding) ke bantal. Yang menarik dari tarian Jak Kebung Mit Bantal adalah kostum para penari yang merupakan turunan dari motif khas Tanggamus, belah ketupat. Warna hitam, putih, kuning, dan merah dipakai untuk kostum tiap penari, ditambah motif belah ketupat yang khas. Selain itu koreografi dan musiknya membuat kami semua ikut berjoget bersama para penari. Tarian Jak Kebung Mit Bantal ini juga menjadi juara 2 di Festival Krakatau 2019 lalu.

Jak Kebung Mit Bantal dan kostum khas Belah Ketupat

Selain itu, kami juga dikenalkan dengan pakaian adat dari 20 kecamatan di Kabupaten Tanggamus. Istimewanya, yang menggunakan baju adat adalah masing-masing camat dari tiap kecamatan. Luar biasa!

Sebelum pamit dari Kota Agung, aku dan teman-teman menyempatkan diri untuk datang ke kedai Otak-Otak Pengsan. Ternyata ini adalah kedai yang jualan otak-otak dan iwan (bakso ikan) paling enak se-Kota Agung. Harganya juga murah banget, Rp. 1000 per biji. Kami pun memborong otak-otak dan iwan untuk dibawa pulang.

Pengalaman ikut Tour d'Semaka tahun 2019 ini sangat berkesan untuk aku pribadi. Aku bisa menjelajah tempat-tempat baru yang bahkan nggak aku bayangkan sebelumnya, aku boleh menikmati rangkaian upacara adat, khususnya bagian makan-makan dengan jamuan super lengkap, aku juga boleh mengenal budaya Lampung melalui tari-tarian, bela diri, dan musik.

Foto bersama seluruh peserta Tour d'Semaka dan warga Lamuran

Terima kasih Tanggamus untuk keramahannya. Terima kasih khususnya kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Tanggamus yang bersedia mengundah Dinilint ikut serta dalam Tour d'Semaka. Terima kasih untuk KPH Batu Tegi, Pokdarwis di Air Terjun Tirai, Pokdarwis Desa Lamuran, dan tentu saja teman perjalanan.

Terima kasih juga buat kamu yang sudah membaca ceritaku tentang Pengalaman Ikut Tur d'Semaka di Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sampai jumpa di cerita berikutnya.

Dinilint

Komentar

  1. Menarik ini, hutan yang dulunya sempat dibakar warga ini awalnya mau digunakan untuk apa ya? Kok seperi mau membuat lahan, atau tidak sengaja terbakar karena kelalaian warga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lahan itu dibakar oleh warga untuk ditanami kopi tanpa seizin KPH, lalu diamankan oleh KPH dan dijadikan Wana Wisata Tanjung Harapan.

      Hapus
    2. Nah itu masbro,, sudah dijawab sama bapak/ibu Anonim,,
      Hutannya sengaja dibakar untuk ditanami kopi tanpa seizin KPH.
      Supaya nggak kejadian lagi proses bakar hutan ini, KPH pun putar otak dan memanfaatkan lahan hutan ini untuk dijadikan wana wisata.
      Salah satu usahanya adalah dengan menanami kembali berbagai tanaman buah-buahan.
      Saayangnya, pas ke sana, tanaman durennya malah dicuri.
      Tapi, udah ditaman lagi.

      Siapa tahu masbro mau ke sana pas musim duren?

      Hapus
  2. Aku juga seneng bisa ikutan tour dsemaka ini juga. Kangen keramahan warga dan wisatanya yang asyik. Bisa mampir di air terjun dan mencicipi kuliner yang beraneka ragam. Makin bikin betah. :D

    BalasHapus
  3. Lampung sama Semarang panasnya sama atau panasan mana Lin? Aku tergiur sama jambu kristalnya heuheu. Padahal omku asli Lampung, aku belum pernah ke Lampung, cuma baru icipin Lempok Duren Lampung dikasih Tanteku, Bapakku pernah sama omku ke Lampung bawa mobil pribadi lalu masuk kapal laut nyebrangnya sama mobilnya juga hehe..

    BalasHapus
  4. Aku ngikutin ceritanya mbak Lintang di instagram. Eh ternyata di blog pun ada. Itu jambunya dimakan pake apa sih mbak? Sambel? Atau si cubik itukah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, makasih Lulu.

      Jambunya dimakan pake sambel rujak gitu, tapi kalo aku lebih suka makan si jambu apa adanya aja.
      Kalo si cubik dimakannya pake ikan.

      Hapus
  5. keren-keren ya semuanya, apalagi ke tempat yang bukan pusat kota, aku dulunya ke lampung kotanya aja, ternyata di deket situ juga banyak yang menarik ya

    BalasHapus
  6. Ngeliat gambar-gambarnya, terutama yang makanan, jambu kristal, eh...hahaha langsung mupeng banget pingin ke Tanggamus. Dan kalau diliat2 ya, rasanya kok beda ya, ngga kayak kalau jalan2 pas di Pulau Jawa, meskipun katanya di sana banyak orang Jawanya, tapi dari foto2 aja aku bisa ngerasaian aura yg beda, baju adatnya, keseniannya...hihihi mupeng swear

    BalasHapus
  7. Ulalaaa..keren banget sih acara ini. Foto2nya baguus dan membuatku pengen menyaksikannya secara langsung. Fix masukkan Tanggamus ke wish list ku..

    BalasHapus
  8. Pernah dengar nama tanggamus. Lampung memang keren ya laut dan pantainya. Dan ternyata masih banyak lagi yang bisa dinikmati di sini

    BalasHapus
  9. Lampung ini indah sekali yaa, nglyesel dulu ngga eksplorasi pas masih tinggal di Palembang. Sering main ke sini tapi bingung mau ke mana..pantai di Tenggus epik, air terjunnya cantik sekalii...

    BalasHapus
  10. Bahagianya Lintang, ikutan acara keren di Lampung. Aku tadinya mau daftar, tapi acara bentrok sama launching buku bekraf, alhasil nggak berani daftar. Semoga tahun depan bisa ikutan Keren banget kaya akan budaya. Pengen ke air terjunnya, padahal kan lagi kemarau, di sana biasa aja ya air terjunnya masih banyak airnya

    BalasHapus
  11. Salah fokus sama jambu kristalnya. Kayaknya seger banget. Dulu taunya ke Lampung cuma ke Way Kambas aja. Lihat gajah. Ternyata sekarang banyak pilihan tempat wisata menarik.

    BalasHapus
  12. Waaah menyenangkan sekali sih pemandangan alam dan budayanya jadi pengen kesana juga...

    BalasHapus
  13. Kesempatan luar biasa ya Lin bisa datang ke sana dan eksplor ���� lihat air terjunnya langsung pengen nyemplung..

    BalasHapus
  14. Jadi pengalaman yang tak terlupakan ya Lintang ikutan Tour D'Semaka ini. Makin banyak tempat di bumi Indonesia yang telah kita tapaki untuk mendapatkan pembelajaran dari alam dan masyarakatnya.

    BalasHapus
  15. Huhuhu ... Udah lama pengen ke Lampung, secara adik juga tinggal di sana. Diceritain doang tentang Tanggamus, lihat lumba-lumba di laut jadi mupeng parah

    BalasHapus
  16. Hutan dibakar ya ampyun sangat tidak terdidik. Alhamdulillah bsa dselamati KPH ya, btw air terjunnya cakep2 segeerrrr buat mandi.

    Itu tiap kecamatan punya baju adat sendiri? Gelak keren bgt ��

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer