Cita -Citaku Setinggi Tanah [movie review]

Good times never leave. It just wait the right moment to be back.
Rejeki nggak pernah pergi. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali.
-Mbah Tapak-

Cerita tentang anak-anak yang sederhana dan sarat makna memang selalu mempesona. Kali ini saya dapat cerita dari anak-anak yang tinggal di lereng Gunung Merapi, tepatnya di salah satu desa cantik di Muntilan. Berawal dari tugas mengarang tentang 'apa cita-citamu' kepada anak-anak kelas empat, cerita pun bergulir. Sepanjang cerita ini menceritakan tentang Agus dan cita-citanya untuk makan nasi padang.

Buat saya yang tinggal di kota besar dan hidup berkecukupan, makan nasi padang cuma mampir sebentar di warung pinggir sepulang kerja. Tapi buat Agus yang sehari-hari selalu makan tahu bacem paling enak bikinan ibunya, makan nasi padang menjadi cita-cita. Tapi bukan itu yang mau disorot oleh cerita ini. Ini soal cita-cita, yang nggak perlu ditulis, tapi diwujudkan.

Demi cita-citanya makan nasi padang, Agus putar otak bagaimana caranya supaya bisa mewujudkan cita-citanya. Mulai dari bikin tabungan dari bambu, nabung recehan uang saku, sampai menjemput kesempatan yang ditawarkan. Cerita perjuangan Agus juga diuji ketika mimpinya yang sudah mendekati kenyataan, tiba-tiba harus dipendam lagi.

Dari kisah sederhana ini saya boleh belajar tentang cita-cita, berani bermimpi, niat untuk mewujudkan mimpi, dan yang terpenting keikhlasan. Saya suka karakter Agus yang sederhana, tidak mau menyusahkan orang tua, dan berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan. Saya rasa semua anak wajib tahu kisah ini.

Psst,,, salah satu alasan saya nonton film ini karena semua keuntungannya akan disalurkan pada yayasan anak kanker Indonesia. Dan tentu saja, musik film ini garapan duo favorit saya Endah n Rhesa. Visualisasi film ini juga sangat menghibur dan Indonesia banget (bangunan joglo, sawah hijau, dan latar belakang gunung). Bravo film Indonesia!

Komentar

Postingan Populer