Slang With The Local ,,,end

Masih menyambung cerita tentang Bromo,,, Masih ada hal yang ingin saya bagi :)

Selama kira-kira separuh perjalanan saya ditemani oleh Pak Adi, warga asli Bromo atau dikenal dengan suku Tengger. Beliau menamatkan sarjana sebagai pendidik. Sempat mengajar di sekolah di daerah Tengger. Namun jiwa petualangnya menolak untuk mengabdi sepenuhnya sebagai abdi negara. Beliau memilih untuk bertualang dan menemani orang-orang seperti saya yang rindu menikmati alam di daerahnya. Jadilah saya dapat banyak cerita dan fakta tentang Bromo,,
  1. Masyarakat Tengger sepakat bahwa pendidikan itu penting. Terbukti ada syarat bahwa tidak boleh menikah bila belum punya ijasah SMA. Masyarakat Tengger pun melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah. Mereka kedatangan dosen ke daerah mereka dalam jangka waktu tertentu.
  2. Masyarakat Tengger sangat cinta dengan daerahnya dan menyatu dengan alamnya. Mereka memilih untuk berkarya di daerahnya. Kata mereka, orang-orang dari seluruh dunia datang kemari jadi untuk apa mereka harus pergi. Nice
  3. Belakangan ini kawasan Bromo sering terekspose, baik untuk FTV, acara life style, sampai pembuatan film. Namun masyarakat Tengger bangga. Eksposure ini untuk lebih mengenalkan daerah Bromo kepada dunia.
  4. Tengger mempunyai bahasa dan penanggalan sendiri yang berbeda dengan Jawa. Kasodo adalah salah satu bulan dalam budaya Tengger dimana ada upacara untuk menyambutnya. Penanggalan Tengger punya 12 bulan dalam satu tahun. Bulannya apa,, saya lupa,, hehehe,, padal Pak Adi sudah cerita.
  5. Upacara Kasodo diadakan tiap tahun dengan perhitungan oleh tetua Masyarakat Tengger. Ceritanya dulu ada sepasang suami istri yang belum mendapat keturunan memohon pada dewa agar diberi keturunan. Dewa menjawab doa mereka. Mereka dikaruniai banyak keturunan (kalo g salah 12). Namun, satu yang terakhir hilang ketika berada di kawah Bromo. Ketika anak itu hilang muncul suara dari kawah bahwa masyarakat Tengger harus mengadakan upacara tiap bulan Kasodo.
  6. Masyarakat Tengger terbagi dalam tiga wilayah yang terpisah-pisah. Hitungannya sudah beda kota. Namun semua masyarakat Tengger saling mengenal satu sama lain. Sama seperti halnya tradisi lebaran, masyarakat Kasodo punya saat tertentu untuk saling silaturahmi ke seluruh masyarakat Tengger di tiga kota tersebut.
Beberapa gambar dari perjalanan saya ke Bromo. Berharap bisa datang lagi

Komentar

Postingan Populer