Seoul: Bus Malam dan Kamera yang Hilang

Hati-hati naik bus malam di Korsel, terutama tentang perhitungan waktunya!

Bukan replika bus malam
Tapi karya seni jalanan yang dipamerin di jalanan Seoul

Malam itu kami naik bus terakhir dari Gyeonju ke Seoul. Jadwalnya berangkat jam 12 malam dan tiba besok pagi jam 5.30. Ternyataaaa,,,,
kami sudah sampai di Seoul pagi buta jam 4 dengan suhu super dingin. Saat enak-enaknya tidur tiba2 ada suara teriak-teriak yang ternyata berasal dari si bapak kondektur. Dari suasana nyaman dan hangat dalam bus, tiba-tiba terdampar di pinggiran kota yang duingiiiiinnn. Oia, Seoul lebih dingin daripada Busan dan Gyeonju. Huhuhuhu.

Eh iya,, ini adalah hari kedua kami di Korea Selatan. Hari pertama ada di blog post yang ini,, siapa tahu kamu belum baca.

Berhubung pagi buta begitu, terminal bus belum buka. Stasiun di depan terminal bus juga belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Untungnya ada coffee shop 24 jam bernama Tom&Toms yang buka. Kami langsung masuk ke dalam dan berencana memesan kopi. Baru mau pesan, mbak-mbak yang jaga menyilangkan tangan di depan muka, yang berarti menolak kami. Duh,, sedih banget. Masa iya kami mesti kedinginan di pinggir jalan Seoul pagi-pagi nggak enak gini. Hiks.

Ketika mbak yang satu nggak bisa ngomong, mbak yang lain berusaha ngomong dengan bahasa inggris ala kadarnya. Ternyata mereka nggak ready untuk terima order. Lho kok,, kan ceritanya coffe shop 24 jam. Mereka baru siap sekitar pukul 5. Aku pun dengan pedenya minta ijin buat nerusin tidur di coffee shop itu. "It's okay", kata mereka. Sip,,, that's what I need.

Sekitar jam 6 pagi ketika kami sudah bangun (lagi) dari tidur ala kadarnya di coffee shop, sempat minum segelas kopi dan latte, kami siap menjelajah Seoul. Yihaaaa. Destinasi pertama adalah ibu-ibu penjual topokki di depan terminal. Laperrrrr.

Ketemu temen lama. Biar muka kucel akibat kurang bobo, tapi seneng.

Di terminal kami berempat pisah jalan. 2 orang pergi ke Nami Island, dan aku berdua pergi ke Bukchon Hanok Village. Aku sudah buat reservasi untuk menginap di salah satu penginapan dengan konsep rumah tradisional Korea yang disebut hanok. Dari terminal kami naik kereta menuju Bukchon Hanok Village. Keluar di exit 2 Bukchon Hanok Village, berasa banget nyampe kota. Kami yang masih bau iler, belepotan, dan geret-geret koper jalan samping-sampingan bareng orang-orang yang rapi dan mau ke kantor. Hihihi.

Setelah berkali-kali mencocokkan peta dan jalan geret koper ke sana kemari, akhirnya ketemu juga penginapan tradisional ini. Kami bertemu dengan resepsionis ramah yang mukanya mirip sama pemain drama-drama Korea. Berhubung kamar kami sudah ready, kami boleh early check in, saat itu jam 8 pagi.

Setelah kemaren seharian jalan, tadi malem bobo kurang, dan tadi pagi kedinginan sampe mesti ngungsi di coffee shop, bawaannya pengen gelar kasur dan bobo cantik. Tapi mengingat sayang banget udah jauh-jauh sampe Seoul dan udah punya janji sekitar jam 10 dengan teman, kami pun harus menyeret tubuh lelah kami.

Kami jalan menuju patung King Seojong. Area ini adalah area turis dan tempat berkumpulnya massa. Di dekat sini ada palace,, kalo nggak salah namanya Hanggeukdong. Area ini menjadi tempat wajib kunjung untuk turis yang berjalan-jalan ke Seoul. Sayangnya area ini menjadi area yang menyedihkan buat aku. Pada saat ingin berfoto, ternyata kamera ku hilang entah kemana. Kalau di area penduduk asli Seoul biasanya kamera atau benda apa yang terjatuh atau tertinggal bisa kembali pada pemiliknya, namun di area turis dan penuh massa sangat sulit untuk melacak barang hilang. Aku sempat lapor ke polisi, diantar dengan mobil polisi, dan membuat laporan tertulis tentang kehilangan kamera, tapi tetap saja tak ada hasilnya. Huhuhu.

Nyari kamera ilang, yang nggak bakalan ketemu lagi. Hiks

Ini baru separuh jalan di Korsel tapi peristiwa yang menyedihkan sudah terjadi. What will happen next? Is it bad? Is it better?

Dinilint
whatever happen let it happens,, how we face it,, it's the lesson learn

Komentar

Postingan Populer