Satu Hari di Seoul

Hal yang menyedihkan selalu datang dalam hidup. Bagaimana kamu menghadapi hal menyedihkan yang membuat kamu hidup!

Tempat non-touristy di salah satu sudut Seoul yang bisa ditemukan dengan membaca buku panduan turis dengan cermat

Setelah kehilangan kamera dan menyesal luar biasa, rasa-rasanya sayang untuk
melewatkan sisa hari di Seoul dengan hanya bersedih. Aku memutuskan untuk melanjutkan jalan-jalan dengan kamera handphone. Jalanan Seoul di musim gugur masih sama menyenangkan dengan di musim semi. Kali ini warna pohonnya gradasi antara hijau dan coklat.

Siang itu kami berjalan kaki melalui trotoar lebar dan udara yang sejuk. Kami memutuskan untuk makan siang di sebuah kedai cantik di area Somchongdong. Dari sana kami kembali jalan kaki ke arah Blue House [kalau di Amerika ada White House, di Korsel ada Blue House]. Berhubung area ini adalah area yang penting, banyak polisi dan bodyguard berjaga di sini. Kalau turis boleh bebas masuk. Setahu aku untuk mendapat akses masuk ke area tersebut adalah dengan berjalan kaki atau dengan bus.

The Blue House Seoul yang saat itu didominasi warna merah

Setelah mengambil banyak foto, masuk ke dalam museum gratis yang indah, dan bertukar banyak cerita, kami harus berpisah dengan Alan, temen jalan kami yang ketemu pada saat pertama kali berkunjung di Seoul tahun lalu. Bye Alan,, we wish to come back to Korea soon.

Oia. Tanpa sengaja kami menemukan museum cantik dengan latar belakang bukit di halamannya. Hal paling berkesan adalah penjelasan tentang lagu Arirang, lagu tradisional Korea yang menunjukkan spirit masyarakat Korea Selatan. Selama ini sering dengar tapi nggak tahu artinya.

Perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi benteng di suatu tempat di Seoul yang aku temukan dalam foto-foto tentang Seoul di internet. Petunjuknya hanya naik bus. Kami pun naik bus di area berbukit yang penuh dengan anak sekolah. Tidak ada petunjuk berbahasa inggris dan kami tidak tahu harus turun di mana. Di puncak bukit, kami memutuskan untuk turun dari bus. 

Dari tempat kami turun tidak ada petunjuk tentang benteng yang ingin aku kunjungi. Kami jalan kaki dan sempat putus asa, sampai kami menemukan sebuah jalan setapak yang menanjak curam. Atas nama rasa penasaran aku pun memutuskan untuk naik. Aaaaakkkk,,, ternyata di sini tempatnya. Persis seperti yang ada di gambar.

Bila berjalan naik lagi ke atas, ternyata kami bisa menemukan taman cantik. Area ini adalah area rekreasi bagi warga lokal. Tidak ada turis di sini. Pengunjungnya mulai dari para lansia yang sedang trekking, anjing yang sedang jalan-jalan sore, dan orang kantoran yang sedang rehat sementara.

Malamnya kami menuju ke area universitas Enhwa. Di sini kami menemukan banyak makanan kaki lima yang enak dan tidak ada di tempat lain. Kami juga menemukan banyak baju-baju dan aksesoris lucu dengan harga terjangkau. Di mana-mana area universitas memang menyenangkan, terutama soal harga dan desain. 

Sebelum kereta terakhir, kami harus kembali ke Bukchon Village dan menikmati penginapan tradisional Korea kami. Selamat malam.

Taman tempat warga lokal piknik sebentar dari hiruk pikuk kota

Dinilint
enjoy every lesson from life,, it's the way of having fun 

Komentar

Postingan Populer