Kenapa Rinjani?

Itulah pertanyaan yang dilontarkan ibu ketika aku mengutarakan niat untuk menyambangi dewi anjani. Aku hanya menjawab dengan senyum dan tatapan memohon. Ibu membalas dengan senyum yang sama. Dan saat itu aku tahu aku sudah mengantongi restu ibu.

puncak dewi anjani

Sketsa 1:
Iseng aku membuka forum komunitas penikmat jalan-jalan ala budget. Subjek "ke rinjani tahun depan yuk" berhasil membuat aku masuk ke dalam bahasan forum tersebut. Dalam hati, jauh aja, gunung tinggi pula, ah masih tahun depan ini, siapa tahu.


Sketsa 2:
Rinjani yuk habis lebaran, ajakan tim main saya. Menarik, menggoda, dan menggairahkan. Tapi, jalan-jalan ke Rinjani itu butuh waktu lama. Apa aku punya libur selama itu di saat bukan musim liburan. Mereka sih enak tinggal ambil cuti. La aku nggak punya cuti. Gimana ganti waktu liburnya.
Ternyata bergabung bersama tim pecinta jalan-jalan itu enak nggak enak. Di saat ngiler, bimbang, dan galau, mereka terus membicarakan rencana ke rinjani berhari-hari di grup chat. Yang jelas mereka sudah mengantongi tiket promo untuk ke Denpasar. Hal ini membuat saya gatal ngutak-atik kalender dan penawaran tiket promo. Sampai suatu hari aku pasrah dan bilang pada diri sendiri 'kalo aku utek-utek tiket promo dan dapat harga murah, aku rela berangkat berhari-hari ke Rinjani'. Sepertinya Tuhan merestui  aku berangkat. Tiket promo didapat. Aku positif berangkat.

Sketsa 3:
Sesungguhnya aku bukan anak gunung. Aku nggak biasa jalan kaki melewati tanjakan selama berjam-jam sambil gendong-gendong ransel. Aku cuma pernah menyambangi satu puncak gunung, Gunung Lawu. Itupun dengan bantuan full (baca: tas dibawain, turunnya pake acara digandeng biar nggak jatuh atau pingsan). La ini kok nekat-nekatnya mau ke Rinjani. Gunung setinggi 3726 mdpl ini kan gunung tertinggi kedua di Indonesia. Gila gila gila. Aku mulai senewen. Dan mau tak mau saya jadi rajin olah raga.

Sketsa 4:
Tahu-tahu kok udah bulan puasa. Berarti bentar lagi lebaran. Bentar lagi jalan ke rinjani. Yeay. Tapi kok rencana belum jelas. Ini tim jalan yang pasti berangkat siapa aja juga belum ketahuan. Aku juga olah raganya makin berkurang.

Sketsa 5:
Lebaran sudah datang. Bentar lagi waktu pendakian. Beberapa teman batal ikut karena belum hoki gan. Aku pun deg-degan

Sketsa 6:
Dua puluh satu Agustus dua ribu dua belas. Aku jadi juga sampe Denpasar malam-malam. Sendirian. Sementara teman seperjalanan masih menabung energi di kasur mereka masing-masing. #rinjanitrip sudah dimulai...
....bersambung

Komentar

Postingan Populer