Katong, have I got you,,

Itenary sudah dibuat. Detail menuju tiap tempat perjalanan sudah dicari. Peta sudah disiapkan. Tapi tetep,,, something missing from that iten always coloring my journey. Yeay

We start our journey from Semarang @1pm. Tengah malam itu, Pak Selamet, sopir taksi kami siap mengantar. Menurut perkiraan, perjalanan Semarang-Jogja ini ditempuh dalam waktu 3-4jam. Tidurlah kami dengan tenang di bangku penumpang dan menyerahkan perjalanan sepenuhnya pada Pak Selamet. Saya g tau bagaimana tepatnya Pak Selamet memacu taksinya, yang jelas saat itu arloji di tangan saya masih bilang kalo ini jam 3 pagi. Kita sampe Jogja cuma dalam 2 jam perjalanan. Bandara Adi Sucipto pun masih di portal karena belum buka. Dengan mata masih sepet, kita pun nongkrong di Dunkin Donuts, nungguin matahari siap bagi2 sinar. Ah, sekali lagi perut saya bahagia sarapan pake croissant yang super gede. Nyam nyam.

Bandara Jogja yang kecil menyambut kami pagi itu. Yeay, perjalanan kedua saya ke Singapura jadi juga. Beres2 boarding pass, beres2 imigrasi, kita berangkat. 
Terbang dari Jogja bawa pengalaman tersendiri buat saya. Ketika melongok ke luar jendela, saya menmukan gunung Merapi dan Merbabu lagi dada-dada manis sama saya. Ah,, even dari dalam pesawat kalian tetep tampak cantik dan menggoda. Saya jadi inget gimana rasanya pas berada di punggung si Merapi. Kangen. Saya juga bisa lihat gunung tetangga yang lain, Sindoro, Sumbing, trus ada lagi, tapi saya g tau namanya.

Sesuai jadwal di tiket dan itenary, jam 11 waktu Sing kita mendaratkan kaki di Changi Airport. Welcomeback Sing. Sesuai dengan iten juga, kami segera mengeluarkan diri dari Changi, naik Sky Train, and got our MRT to Boon Keng. Sejauh ini semua berjalan lancar.

Singapura yang saya kira kecil dan kemampuan MRT yang menurut saya super cepet itu, ternyata tetep membuat saya spending one hour to take me from Changi Airport to Boon Keng MRT Station, dekat The Hive Backpacker Hostel tempat saya bakal nginap selama disini. Jadilah j12 kami disambut di The Hive, check in, dan mandi. Yak, hasil sepagian belum mandi, gerah juga ternyata.

Berhubung cacing di perut bilang mau berubah jadi naga kalo g dikasih makan, saya dengan niatnya nyeduh pop mie asli Indonesia. Ini adalah snack siang. Makan siang saya lagi nunggu di Katong. Katong itu daerah pinggiran Singapura, not the touristy place, but dia terkenal dengan laksanya yang katanya menggoda. Kesana pun kita naek bus. Mengikuti petunjuk di iten yang sudah melewati riset sedemikian rupa, kita naek bus. Masalahnya, sama kayak di Indonesia, kalo naek bus kita mesti tau bentuk tempat tujuan kita. Apalagi orang Singapura susah kalo ditanya2. Kendala bahasa dan apa yang mereka omongin suka g maksud kitanya. Terbukti pas ada bapak2 baek dan tidak sombong yang ngaku punya saudara di Semarang dan ngomong dengan logat Malaysia, kita g ngeh dia ngomong apa. Yang kita tangkap si, dia bilang "go that way and you find katong". Sebenernya kita tau si kalo kita uda kebablasen. Trus kita turun sesuai petunjuk si bapak. Dan, tetep aja kita nyasar. Kalo g salah ada tulisan Katong. Ada tulisan Geylang juga. Tapi surprisely, kita nemu warung Es Teler 77 gitu di Singapura.


The next destination is find the true Katong. Berdasarkan hasil pembacaan teman di google map nya, kita harus naek bus lagi. Sekarang kita pake taktik. Kita hitung bus ini bakal berhenti berapa kali. Nah, di pemberhentian ke-9 kita mesti stop. Cara stop nya g perlu teriak2. Cukup pencet bel bus stop, then the bus will stop on the next stop. Pemandangan kanan kiri adalah wilayah perumahan Singapura yang tertata rapi tapi juga sepi. Orang2nya pada di mal dan kantor kali yaa. Satu,, dua,, tiga,, empat,, lima,, enam,, tujuh,, delapan,, bentar lagi sembilan dan saya dengan pedenya pencet the stop bus tombol. Serta merta, seorang nenek bilang ke saya kalo "that was the last bus stop". Saya melongo aja dengernya. Saya tengok, masih ada beberapa penumpang di kursi belakang. Lha, trus ini bus berhenti di poolnya gitu. Saya balik duduk manis lagi. Emang bener bus nya g berhenti2. Tapi gara2 ini, kita jadi bisa menikmati sirkuit F1 secara utuh. Yeay. Yak, kita emang di Singapura pas F1 lagi berlangsung. Tapi ya cuma nonton sirkuitnya doang uda seneng saya. La wong nggak mudeng balapan kok.


the sirkuit behind bus glass

Setelah terpana sama sirkuti F1 dan duduk manis beberapa waktu, si nenek tadi teriak2 ke saya. Ternyata bu berhenti di stopan depan. Maksud nenek tadi, that was the last bus stop from previous area. Now we in different area, and this is the first stop. Baiklah, turun saya. 
Jalan, jalan, jalan, dan kesulitan baca google map via hp ,, dan lapar. Akhirnya kita nyerah. Kita stop di McD yang jualan cheeseburger gede seharga 7SGD bonus kentang goreng gedhe dan cola. Kenyang sampe kekenyangan deh.
McD itu berada di daerah Aston. Ya,, daerah perkantorannya, mirip-mirip sama Sudirman di Jakarta.


Malamnya, kita lanjut ke Clarke Quay via MRT. Clarke Quay kalo malem seru. Cara untuk menikmati Clarke Quay juga banyak. Mulai dari uji adrenali dengan naik mainan ketapel raksasa (pilih yang dilempar naik turun ato digantung2), clubbung di klub2 hip, makan di restoran kapal pinggir kali, minum bir dingin sambil nonton F1 atau dengerin musik akustik format duo, naik kapal kayu ngider di kali, foto2 di pinggir kali, leyeh2 di jembatan, ato (yg kita lakuin saat itu) nonton polah tingkah manusia di tangga pinggiran sungai ,,pas banget saat itu ada adegan film romansa yang lagi scene si cewek ngambek sama si cowok, trus cowoknya pergi gitu aja.

clarke quey view

what u can do in clarke quay

Komentar

Postingan Populer