Get myself pampered

Sudah setahun aku nggak main ke salon. Pandemi sedikit banyak memengaruhi keputusanku untuk menghabiskan berjam-jam di dalam ruang tertutup, salah satunya di salon.

Setahun nggak bersentuhan dengan gunting salon, rambut udah mulai gondrong. Bagian paling menyiksa adalah saat keramas, rambut terasa berat. Beban hidup udah berat, kenapa rambut ikut bikin beban.



Jadi aku putuskan untuk kembali lagi ke salon, kangen-kangenan dengan gunting salon, dan duduk anteng di depan kaca salon sementara ibu salon dan mbak salon memanjakan rambut aku.


Potong rambut sendiri


Sebenernya selama satu tahun ini rambutku bukan nggak pernah kena gunting rambut. Beberapa kali aku potong rambutku sendiri. Maksudnya, aku potong ujung-ujung rambutku yang kusut dan kadang bercabang dengan gunting ala kadarnya dan kemampuan sebisanya. 

Perihal potong rambut sendiri ini terinspirasi dari saran teman. Saat aku curhat efek pandemi dan takut potong rambut ke salon, teman komen 


"Memotong rambut keriting ini sebenernya paling gampang. Meski hasilnya nggak beraturan paska dipotong, orang nggak bakal tahu. Ya karena tekstur rambutnya yang keriting itu. Bandingin deh sama rambut lurus dengan potongan yang amburadul."


Bermodal nekat dan gemes lihat ujung rambut yang kusut, kering dan kadang bercabang, aku nekat gunting ujung rambutku sendiri.

Ternyata memotong ujung rambut sendiri dan menjauhkan ujung rambut kusut, kering dan kadang bercangan menimbulkan rasa puas. Puas karena bagian tubuh yang sudah rusak bisa pergi, dan berganti dengan ujung rambut yang lebih sehat.


Jadi selama ini ngapain ke salon buat potong rambut, toh potong rambut sendiri juga bisa. 


Aku merasa aku punya skill baru; memotong rambut sendiri. Efek pandemi ada positifnya juga. :D


Rambut panjang dan ritual keramas


Karena makin hari rambut makin gondrong, aku sempat berimajinasi untuk punya rambut panjang ala peri di cerita Lord of The Ring. Rambutku adalah jenis keriting ikal. Makin panjang rambutku, makin tegas bentuk ikalnya. Sebelas dua belas lah sama bayangan ramput para peri di dunia fairytale itu.



Beauty is pain. Rambut yang makin panjang berbanding lurus dengan beban rambut yang semakin berat. Rasa berat akibat beban rambut ini makin terasa saat keramas. Padahal, di di masa pandemi seperti saat ini, keramas wajib dilakukan setelah pergi keluar rumah. 

Nggak cuma masalah beban rambut yang makin berat, ukuran rambut yang makin panjang bikin ritual keramas jadi lebih lama. Padahal sekarang musim hujan dan udara cenderung lebih dingin. Ritual mandi dan keramas yang lama, bikin badan auto kedinginan.

Jadilah saat hari cerah aku main ke salon untuk potong rambut. Kenapa nunggu hari cerah? Ya karena kalo matahari lagi sumringah, mood-nya terasa ceria. 

Mumpung potong ke salon, sekalian aja coba model rambut yang beda. Harapan untuk punya rambut ala fairytale udah aku pupuskan seiring keribetan mengurus rambut peri.


Get myself pampered


Seperti biasa, sebelum proses potong rambut dimulai, ibu salon mempersilakan aku untuk keramas. Ternyata dikeramasin di salon itu nyaman banget. Ada orang yang pijat-pijat kepala dengan lembut. Kepala terasa segar dan sirkulasi darah di kepala lancar.

Proses potong rambut pun berjalan. Ibu salon mengikuti harapanku untuk potong rambut dengan model bagian bawah/dalam rambut dipotong pendek, sedang bagian atas/luar tetap dibiarkan panjang. Model apa namanya, aku juga nggak paham. 

Selesai dengan proses potong, si mbak salon menyemprot vitamin rambut, mengeringkan rambut, dan bagian yang paling aku suka, blow rambut.

Ketika semua proses tadi hampir selesai, aku merasa ada yang kurang dengan gaya potongku kali ini. Aku pun minta ibu salon untuk memotong lagi beberapa bagian rambutku. 

Selesai dengan proses potong, aku melihat uban-ubanku mencuat. Awalnya aku pengen biarin aja uban-uban ini dan ikut-ikutan tren variegata untuk rambut. Variegata ini sebutan untuk variasi tanaman yang punya semburat putih. 

Tapi kok ya ini rambut manusia, bukan tanaman, sepertinya ide membuat rambut jadi variegata kurang cocok deh. Ide untuk mewarnai rambut muncul lagi. Aku pun iseng bertanya pada ibu salon, berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat rambut berwarna biru.

Kenapa biru

Berhubung belum bisa main ke laut, aku pengen bawa warna laut ke rambut.

Ibu salon menjelaskan proses pewarnaan supaya rambutku menjadi biru. Mendengar penjelasannya tentang bleaching lalu dicat lagi, aku udah bosan duluan. Lama. 

Jadilah aku pilih warna wajar aja, yang penting si uban ini nggak berserakan.

Proses mewarnai rambutku kira-kira berjalan sekitar 2 jam, mulai dari racik warna, apply cat rambut ke seluruh rambut, didiemin cat-nya biar meresap warnanya ke rambut, keramas, hingga di-blow ulang.

Nggak sia-sia deh aku main ke salon dan duduk lama di sana. Aku suka banget dengan hasilnya dan sesuai dengan harapan, rambut terasa ringan serta urban nggak berserakan.

Belum bisa main ke laut, bawa warna laut ke rambut

Yang paling asik adalah lihat wajah ibu salon dan mbak salon yang ikut sumringah. Kata mereka, 

"kalau pelanggan senang, kami merasa berhasil dalam pekerjaan kami. Kami pun senang."

Selain hasil akhirnya, aku juga menikmati prosesnya. Mereka mendengar apa yang aku harapkan, dan berusaha mewujudkan harapan sesuai dengan kemampuan mereka.

Jadi reminder tentang hubungan antar manusia pada umumnya, ketika manusia saling berkomunikasi dan saling paham, hasil akhirnya menyenangkan. 

Aku juga jadi mengingat asyiknya dimanja. 

Terima kasih ya.

Dinilint

Komentar

  1. Kak Dini, cantik euyy 😍 warna rambutnya ku sukaaa! Itu nggak pakai bleaching? Tapi warnanya bisa kelihatan ya 😍
    Setuju banget kalau dikeramasin di salon tuh rasanya mantep banget 🤣 prosesi dipijat secara lembutnya itu bikin rileks banget, yang anehnya kalau dilakuin sendiri, sensasinya nggak sedahsyat di salon 😂
    Asik ya Kak punya rambut pendek 🤭 jadi gampang ngurusnya dan nggak takut kusut. Semoga Kak Dini bisa menikmati masa-masa punya rambut pendek dengan baik 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lia,, ini yang di foto warna rambut impian, yang belum aku wujudin karena merasa nggak kuat dengan prosesnya yang lama dan kemungkinan untuk rusak. Jadi rambutku sekarang warnanya nggak biru, tapi merah.
      Nggak dapet warna laut, anggep aja dapet warna matahari terbit di kepala lah ya. :D

      Iya nih, setelah bertahun-tahun akhirnya nyobain potongan rambut pendek. Yang jelas enteng dan waktu keramasnya lebih sebentar. Nyaman.

      Tapi emang ya, keramas di salon itu enak banget. Aku berasa udah nggak pernah dikeramasin bertahun-tahun dan berasa dapet special treatment. Padahal cuma keramas doang yak.

      Hapus
    2. Hiyaaa, aku pikir Kakak pada akhirnya mewarnai rambut tanpa bleaching 🤣 soalnya kalau bisa keluar warna biru tanpa bleaching, aku jadi ingin ikutan meskipun warna yang aku mau adalah warna lain sih 🤭.
      Setidaknya Kak Dini udah bisa lihat gambaran diri Kakak dengan rambut warna biru seperti apa yaa wkwkwk

      Enak banget! Setuju! Beneran seenak itu kalau dikeramasin padahal kayaknya kita bisa lakuin sendiri tapi pas dipraktekkan tuh hasilnya beda 😂

      Hapus
    3. Andai bisa tanpa bleaching yaa.
      Eh bisa sih, nunggu uban-ubanku rata dulu sekepala. Wkwkwkwk.

      Dibantunin orang sama ngerjain sendiri ternyata beda rasa Lia.

      Hapus
  2. salah satu kebutuhan manusia memang urusan rambut. waktu awal-awal lockdown, salon salah satu layanan yang wajib tutup. banyak orang yang frustasi karena tidak betah dengan kondisi rambut atau jenggot tak beraturan. untungnya salon sempat boleh buka, walau akhirnya tutup lagi sejak lockdown kedua..

    aku sendiri minta tolong istri untuk nyukur rambut, dan aku beli alat cukur.. sementara aku bantuin istri untuk sekadar lurusin atau warnain rambut (ke hitam) karena memang kami sudah tua.. ��

    setidaknya aku jadi agak ngerti urusan rambut perempuan.. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang ya, urusan rambut ini sebenernya juga jadi kebutuhan pokok. Tetep butuh tenaga ahli untuk bantuin urusan rambut tiap beberapa bulan.

      Kalo di sini salon masih buka bang, cuma customer-nya aja yang takut ke salon. Bedanya kalo salon langganan aku, saat pandemi gini pintunya dibiarin terbuka, supaya sirkulasi udara lancar. Situasi di salon juga cenderung lebih sepi.

      Ah Bang Zam jadi nambah keahlian nih, jadi kang salon buat istri.

      Hapus
  3. OMG mbaaa I feel you, meski selama Corona, saya tetap potong rambut di rumah, tapi rasanya beda. Padahal dulu saya hobi ke salon sekedar untuk cuci kering, atau potong rambut karena part dipijat kepalanya yang nggak ingin saya lewatkan hahahahahaha 😂

    By the way, foto mba Dinilint yang ala fairy itu cakep bingits rambutnyaaaaaaa 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Enooo,, itu pas lagi cakep rambutnya, abis keramas. Wkwkwkwk.

      Emang keramas di salon dan di-style rambutnya sama orang salon tuh tetep beda. Apalagi balik lagi ke salon setelah setahun absen.

      Salut buat mbak Eno yang konsisten untuk tetep potong rambut di rumah, padahal dulu suka ke salon buat dikeramasin.

      Hapus
  4. Aku selama pandemi ini jg blm pernh ke salon sama sekali donh 😆 trus baca tulisan mba dini, aku ikut ngerasa nostalgia nyamannya dikeramasin n kadang sekalian dipijitin pundaknya. Hehehe...

    Mbaa, itu foto ala2 fairy di LOTR nya cakep banget 😍😍 Rambutnya Mba dini bagus banget ikalnya pas panjang gt. Tp memang ribet dikit2 hrs keramas setiap abis keluar yaa.. Rambut pendeknya juga tampak fresh mba 😍 Eh, btw, ga jadi diwarnain kaya warna laut berarti? 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbak Thessa. Nggak jadi warna biru, tapi warna merah yang cuma nampak merah terang kalo kena sinar matahari. Aku belum berani bleaching, selain prosesnya lama banget, perawatan setelah bleaching juga butuh komitmen yang kuat. Aku belum siap. Ahahaha.

      Emang keramas di salon ini jadi salah satu hal menyenangkan. Apalagi balik lagi setelah setahun absen. Duh enaknya dobel dobel.

      Hapus
  5. beda sama cwk kali ya, kalo cwk potong rambut sendiri lebih susah. Daripada gagal mending ke kang pangkas aja wkwk bahaya soalnya kalo udah salah potong rambut, resikonya dibotakin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk,, kalo udah terlanjur botak bikin nggak pede ya bang.
      Kalo aku kan kemarin kan rambutku panjang, jadi tinggal gunting aja ujung-ujungnya. Perkara rapi atau nggak, nggak terlalu kelihatan karena karakter rambut aku yang keriting. Tapi tetep ya, paling enak potong di salon.

      Hapus
  6. Mba itu warna biru kan yaaa jadinya? Bisa kluar yaa warnanyaaa. Dulu aku cat rambut sendiri ga kluar wkwkwkwkw...

    Rambutmu yg lama , impian banyak org sih :). Rambutku sbnrnya juga ikal, tp kriwilnya ga sebagus mba. Kriwilku yg model berantakan -_- . Makanya dulu sempet smoothing.

    Skr sih udh ga, rontok.

    Tapi memang skr pun aku udh males kalo hrs manjangin rambut segitu mba. Gerah, blm lagi rontoknyaaa -_- .

    Jd skr rambutku ga pernah LBH dr bahu. Segeeer deh wajahmu jadinya dengan potongan begitu ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sesama orang dengan rambut kriwil dan terkesan berantakan, tosss!
      Aku tuh dulu nggak pede lho sama rambut berantakan aku. Tapi suatu hari aku coba rapiin rambutku, lupa deh aku smoothing apa aku apain, eh jadinya aneh banget. Ya udah, emang Tuhan udah pilihan the best hair untuk mukaku ini.

      Rambutku kalo panjang kriwilnya jadi kelihatan. Tapi kalo pendek jadi megar. Tapi ya capek dan berat kalo kepanjangan,, dan mulai bosan. Hahaha.

      Aku nggak jadi cat biru mbak, jadinya merah. Merahnya pun merah samar, baru benar-benar merah kalo kena cahaya matahari.

      Emang ya, kalo cat sendiri tuh hasilnya nggak maksimal, warnannya kadang nggak keluar. Kalo ke salon lebih puassss.

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer