Halo 2021

Halo 2021! Apa kabar?



Kabar aku baik. Ya nggak baik baik banget sebenernya. Tapi menyadari kalau aku sudah berhasil survive selama 27 hari pertama di 2021 bisa dibilang hal baik kan. Semoga di ratusan hari ke depan aku, dan kamu, juga akan baik-baik saja dan survive.


Survive


Pada dasarnya aku bukan orang yang suka bikin resolusi tiap awal tahun. Hidupku cenderung mengalir aja. Aku suka ada kejutan-kejutan menarik di hidup dan belajar menikmati tiap momen kehidupan.

Ngomongin soal kejutan, tahun kemarin kejutan di hidup itu beneran bikin shock. Kejutan berupa, Indonesia, tempat aku tinggal, terpapar pandemi Covid-19 juga! 

Menyadari hidup di masa pandemi sungguh bikin speechless. Saat itu hidupku penuh dengan pertanyaan, pertanyaan soal kapan pandemi berhenti, bagaimana cara menghadapi pandemi, bagaimana cara bertahan hidup, apakah aku akan berubah jadi mutan. 

Long short story, ternyata aku, dan tentunya kamu, sudah berhasil melewati tahun 2020 dengan tetap sehat. Aku, dan kamu, sudah berhasil survive bertahan hidup di masa pandemi, and still going on.

Jadi kalau misal aku mesti bikin resolusi di tahun 2021 ini, aku berharap aku tetap survive di tahun ini. Aku berharap bisa tetap sehat dan waras.


Waras


Well, bertahan untuk tetap sehat di masa pandemi ini nggak cuma soal sehat fisik, tapi juga sehat mental. Ada beberapa aspek dalam kehidupan aku yang terganggu; 

pekerjaan berubah, -and thank God aku masih punya pekerjaan meski pandemi-, 

kehidupan sosial berubah -kalau biasa bisa sering kumpul rame-rame dengan berbagai macam teman, kali ini aku mencukupkan diri untuk main dengan circle terdekat aja-, 

kehidupan cinta berubah -ask me later about this when I'm ready-, dan tentunya kebiasaan travelling juga berubah. 


Travelling di 2021


Well, kalau tiap tahun aku selalu punya rencana akan pergi jauh ke mana tahun ini -biasanya ini karena efek beli tiket promo yang belinya tahun kemarin dan berangkatnya tahun depan-, tahun 2021 ini nggak ada jadwal liburan sama sekali. Ya gimana mau beli tiket buat tahun depan, hari depan aja rasanya nggak jelas buat aku.

Talk about kebiasaan travelling, ternyata aku bisa survive meski absen travelling. Ahahaha.

Tapi tapi tapi,, aku kangen juga lho travelling. Aku kangen jalan-jalan ke tempat baru, aku kangen bangun pagi atau bahkan nginep di bandara demi ngejar pesawat pagi, aku kangen ketemu random people di jalanan, aku kangen misuh karena makan makanan yang nggak enak padahal udah bayar mahal.


Hambar


Aku jadi inget cerita solo travelling ke Melaka, Malaysia dan kelaparan. Ceritanya waktu itu aku one day trip di Melaka. Aku datang pagi dari KL dan balik naik bus paling malam ke KLIA untuk kemudian lanjut perjalanan ke negara selanjutnya.

Di Melaka sendiri aku nggak punya wishlist mau ke mana atau ngapain. Aku cuma punya satu plan: jalan kaki di sekitaran Christ Church Melaka. Jadi aku naik bus dari terminal ke arah gereja berwarna merah yang iconic itu.

Dari situ aku jalan kaki nggak tentu arah, ngelihat bangunan-bangunan bergaya Eropa dan China, menyusuri tepian sungai sambil sesekali ngelamun di pinggiran. I wish I have someone special to accompany but, ya sudahlah.

Biasanya kalo jalan sama temen, ada yang ngingetin kalo cacing di perut udah kelaparan dan pasti cari tempat makan. Nah, berhubung jalan sendiri, antara lupa dan males untuk masuk ke salah satu rumah makan dan makan. Sama ada bagian dari diri yang males menghadapi rasa iri kalo lihat ada orang yang makan bareng-bareng. :P

Hingga pas udah sampe di gang antah berantah, kepala tiba-tiba pusing dan ternyata aku baru sadar kalau aku lapar. Gang ini udah agak jauh dari area turis dan cenderung lebih sepi. Di salah satu bangunan ada satu rumah makan langganan orang lokal yang jual chinese food.

For your information, biasanya rumah makan chinese food di luar negeri mengandung daging haram, jadi aku yakin kalo masakannya pasti enak. Namun sayang, ternyata rasanya di luar dugaan, hambar.

Rasanya aku pingin ninggalin masakan ini, tapi kok sayang, udah bayar nggak murah tapi nggak dimakan. Si bapak yang masak sambil ngelihatin -kebetulan di warung itu cuma ada aku yang jajan karena bukan jam makan siang-, sambil ngebatin 'moga-moga mbaknya habis dan nggak keracunan'.

Gara-gara kejadian sial soal makan ini, aku jadi bilang ke diri sendiri, next time kalo cari tempat makan cari review-nya dulu yaaa.


Malaysia


Soal review, kamu udah tahu cerita tentang Medical Tourism Malaysia? Akun ini kasih review soal travelling di Malaysia. Kelebihan dari akun review travelling Malaysia ini adalah Medical Tourism Malaysia lebih fokus ke fasilitas kesehatan di Malaysia.

Ya siapa tahu kamu butuh berobat sekalian having fun di Malaysia. Why not?

Apa sih bedanya Medical Tourism Malaysia dengan yang lain? Dan kenapa pula berobat aja mesti jauh-jauh ke Malaysia?

Menurutku Malaysia itu nggak jauh. Naik pesawat dari Pulau Jawa atau Pulau Sumatra cukup sejauh satu hingga dua jam. Belum lagi harga tiket pesawatnya juga terjangkau, malah kalau dibandingin dengan tiket pesawat ke Papua harganya lebih murah. 

Terus dari pengalaman beberapa temen, harga pengobatan di Malaysia itu udah bisa diprediksi. Jadi sebelum berobat bisa riset dulu kira-kira bakal habis berapa untuk penyakit tertentu, pilih di RS mana. Nah sama si Medical Tourism Malaysia nih bisa banget dibantuin.



Soal berobat dan jalan-jalan di Malaysia untuk insight di masa depan ya,, who knows one day you need to know this.

Nah sekarang ikutan seru-seruan bareng Medical Tourism Malaysia dulu lewat instagram. Buka akun @medtourismmy.id di instagram, trus ikutan ig story challenge New Year New Me. Siapa tahu kamu beruntung dan dapet uang cash.

Aku mau ikutan juga ah. I wish this is my first luck in 2021. Di tahun yang mengharuskan aku untuk survive ini, aku, dan kamu, butuh keberuntungan. Ya nggak?

Dinilint

Komentar

  1. Bener Mba, dibanding ke Papua dan Indonesia timur lainnya, ke Malaysia malah jauh lebih murah ya.. Aku pernah ke Melaka tp udah lama bgd, dan yg paling keinget memang Christ Church dan bangunan2 bewarna merahnya 😍
    Btw terima kasih infonya Mba, aku sambil kepoin ig nya juga deh..💖

    BalasHapus
    Balasan
    1. Christ Church dan bangunan merah-merah itu emang jadi salah satu icon dan spot favorit pejalan yang main ke Melaka. Bagian paling rame dan paling happening di sana. Eh apa kabar ya sekarang, kalo pandemi begini,,,

      Hapus
    2. Setuju dengan Kak Thessa. Dibanding ke wilayah Indonesia lainnya, ke Malaysia lebih murah ya. Meskipun aku belum pernah ke sana, tapi aku tertarik ingin lihat gedung petronas dan legoland 😁. Sepertinya ke Melaka juga menarik 😍 soalnya bisa lihat gedung-gedung bernuansa Eropa gitu, pasti bagus untuk foto-foto 🤭

      Duh, semoga pandemi ini bisa segera ketemu titik terangnya 😂 supaya kita bisa kembali jalan-jalan dan kongkow bareng teman huhuhu udah rindu banget bisa kongkow dengan leluasa 😭

      Hapus
  2. alhamdullilah juga kak selama pandemi berlangsung, kerjaan tetap ada. Bersyukur banget di keadaan yang lagi sulit seperti ini. Cepatlah berakhir pandemi.

    aduh sayang banget uangnya dipake buat beli makan mahal tapi rasanya hambar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bersyukur masih bisa kerja dan produktif.

      Kalo travelling, apalagi males baca review yang begini jadinya. Eh tapi aku kangen sih getting lost dan makan makanan lokal yang rasanya kadang ngaco, tapi sering juga enak.

      Hapus
  3. seandainya udah nggak ada lockdown lagi, minimal malaysia dulu aja, aku pengen ngacir dulu ke sana, balik ke penang atau melaka juga seru
    hehehe kita samaan lagi mbak, kalau udah jalan sendiri kadang suka lupa kalau belum makan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah tosss!!

      Jadi kapan ya masalah corona ini teratasi. Nggak cuma buat lintas border, untuk main di dalam Indonesia sendiri aku masih mikir-mikir. Males ribet, dan males dengan konsekuensi terburuk.

      Hapus
  4. sepakat dengan kita semua bisa melalui 2020 dan sampai di 2021.. meski 2021 juga tidak tentu, namun tetap harus optimistis, bukan?

    Melaka ini, dulu pengen banget ke sana, tapi belum kesampaian.. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus memupuk optimisme ya bang.

      Ih Bang Zam udah mainan boneka salju di Jerman, tapi belum sampe Melaka.

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer