Jalan Kaki Pagi di Semarang

Ngejar sunrise dan ngejar penerbangan pagi adalah dua hal yang membuat aku rela bangun pagi banget. Tapi sejak Virus Corona melakukan penyerangan terhadap tubuh manusia, aku sekarang rajin bangun pagi.




Kita semua merasakan efek dari munculnya Corona dan Covid-19; mobilitas fisik sangat terbatas. Aku sendiri lebih banyak beraktivitas di rumah, termasuk untuk urusan pekerjaan. Kalau di hari biasa aku wajib berinteraksi dengan orang lain dengan bertemu secara langsung, sekarang interaksinya dibantu dengan teknologi. 

Kangen travelling


Meski punya hobi baru seperti 
  • berkebun, 
  • beberes ruangan dan 
  • coba-coba masak di rumah, 
tapi lama-kelamaan diam di rumah aja bikin aku bosen. Aku kangen travelling; jalan-jalan jauh ke tempat-tempat baru, bertemu orang baru, dapat experience baru. 

Kerinduan akan travelling ini aku coba atasi dengan lihat 
  • foto-foto travelling, 
  • nonton vlog travelling, 
  • edit video travel sendiri. 
Tapi namanya tubuh ini nggak mobile, ada rasa jenuh juga. Aku pun memutuskan untuk jalan kaki pagi.

Aku tinggal di Semarang, kota di utara Jawa Tengah yang terkenal dengan udaranya yang panas karena lokasinya berbatasan dengan pantai. Jalan kaki keliling Semarang saat matahari sudah di atas kepala bukan pilihan bijak. Jadi aku memilih untuk 

Jalan kaki pagi


Sebenernya ide jalan kaki pagi ini bukan dari niat, tapi dari hasil nggak bisa tidur dan terbangun lebih pagi. Berhubung aku sudah bangun dan susah untuk memulai tidur lagi, aku putuskan untuk sekalian aja cuci muka, oles skincare, dan jalan keluar rumah.

Aku memilih jalan kaki karena aku ingin menikmati situasi di sekitar rumah. Rute-nya random, asal kaki ini mau ke mana ya jalan aja. Kebetulan Pemkot Semarang belakangan giat membangun kota. Beberapa fasilitas publik seperti trotoar dan taman kota dipercantik dan bikin nyaman kaum pejalan kaki.

Jalan kaki random begini mengingatkan aku dengan ritual travelling itu sendiri. Gaya travelling-ku emang seenaknya sendiri. Aku suka banget jalan tak tentu arah di kota asing. Jalan-jalan random membawa aku ke kejutan-kejutan kecil, seperti:

  • Nyasar di Seoul yang berakibat aku harus mendaki bukit, tapi dapat bonus pemandangan yang bagus banget. Ceritanya lengkapnya aku tulis di Mendaki Gunung Namsan
  • Bertemu dengan anak sekolah dengan seragam sarung di Yangon. Ceritanya ada di tulisan Travelling ke Yangon
  • Dapet pizza tungku buatan orang lokal yang enak yang murah karena jalan kaki sore-sore di Siem Reap. Cerita happy jalan random di Siem Reap belum aku tulis, malah nulis sedihnya di Siem Reap.

Travelling di kota sendiri


Meski aku jalan kaki di area rumahku sendiri, tapi aku juga dapat hal-hal baru seperti saat travelling. Tempo perjalanan dengan berjalan kaki jelas lebih pelan daripada naik kendaraan. Akibatnya aku memperhatikan hal-hal yang biasanya terlewat ketika naik kendaraan. 

jalan mataram semarang
Aku menemukan ada toko jajan bernuansa vintage di pinggir jalan

rumah vintage semarang
Aku menemukan rumah vintage di balik gedung bertingkat

coffee shop semarang
Aku melihat detail coffee shop kecil yang mengingatkan aku pada atmosfer Tokyo

Aku pun nggak nyangka dengan kemampuan tubuhku yang bisa berjalan hingga sejauh 5-10 km. Biasanya aku dimanjakan dengan kendaraan dan teknologi. Jalan kaki di pagi hari juga membuat tubuhku menghirup udara segar yang belum tercemar asap kendaraan.

Rute jalan kaki di Semarang


Sejauh ini rute jalan kaki pagiku:

Peterongan - Mataram - Kota Lama. Kira-kira jaraknya 4 km. Aku pulang naik angkot karena udah hari udah siang dan mulai capek.

jalan mataram semarang

jalan mataram semarang

Kota Lama Semarang

Kota Lama Semarang

Peterongan - A. Yani - Simpang Lima - Pandanaran - Lawang Sewu - Tugu Muda - Kalisari. Aku pulang dengan ojek online, bonus ngobrol dengan bapaknya yang menyarankan aku untuk rutin jalan kaki pagi. Tubuh pasti lebih bugar, katanya.

jalan protokol semarang

kawasan simpang lima semarang

jalan pandanaran semarang

jalan pandanaran semarang

Peterongan - Pleburan - Pahlawan - Siranda - RS Elisabeth - Kawi. Aku pulang naik taksi online karena kali ini jalan berdua. Setelah kepanasan dan di daerah Sriwijaya ramai dan nggak ada trotoar.

 
Semarang pagi hari

Area Siranda Semarang

Jalan Pahlawan Semarang

Pandemi yang membuat aku diam di rumah aja, punya efek positif juga ternyata. Aku jadi punya alasan lain untuk bangun pagi.

Dinilint

Komentar

  1. liat dari rutenya, jauh kayaknya ya jalan kakinya? hebat duh saya yg jarang olahraga jadi malu hehe

    Gara-gara Corona, orang-orang jadi banyak yang berolahraga di pagi hari. Di Bekasi aja, di tempat saya tinggal tiap pagi pasti ada aja yang lari pagi ataupun sepedaan. bahkan sore hari bisa lebih rame. Ada hal positifnya juga dari pandemi ini.

    Semoga yang udah kangen travelling bisa segera terlaksana. Stay safe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan jaraknya. Karena sambil berhenti-berhenti jadi nggak berasa.
      Iya nih, masih banyak yang kena demam sepeda. Aku pun hampir kena, tapi mikir lagi, bakalan konsisten nggak sepedaannya, takutnya ntar sepedanya ditinggal. Hahaha.

      Stay safe juga ya bang

      Hapus
    2. Apalagi sekarang kalo sepedaan udah gak kaya dulu lagi sepeda apa aja ayo. Sekarang ditanya harganya duh heheh

      Hapus
    3. Kalo lari dilihat sepatunya merk apa model apa. Ahahahaha

      Hapus
  2. Kalau aku biasanya menjelajah kotanya adalah dengan lari pagi. Sehabis subuh saya pemanasan dulu setelah itu mencoba berlari mengelilingi kota, biasanya menempuh jarak 5-10 km jadi lumayan bisa melihat banyak sudut kota. Memang dengan berjalan/berlari kita sering mendapatkan spot spot yang kerap "miss" saat kita mengitari kota dengan berkendara. Btw, foto foto yang diambil Dini anglenya bagus, keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow keren bang,, bisa lari sampe 10 km begitu. Aku bisa jalan sampe 5 km aja kaget sendiri. Wkwkwkwk.

      Makasih udah menikmati foto hasil jalan kakiku bang.

      Hapus
  3. Halo Mbak Dini.
    Wah, melihat foto-foto di tulisan ini, saya jadi teringat lagi suasana kota Semarang.
    Dulu waktu nenek saya masih ada dan tinggal di Semarang, saya cukup sering berkunjung ke sana. Tapi itu sudah beberapa tahun sebelum meninggalnya tahun lalu.
    Sehat terus ya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah jadi nostalgia ya,,
      Sehat juga pak Agung

      Hapus
  4. Saya biasanya mampir ke kawasan Simpang Lima dan Tugu Muda kalau sedang ke Semarang.

    Terus terang makin hari kayaknya makin enak jalan disitu. Suasananya nggak kayak Jakarta.. hahah biar sudah ramai sekali tetapi terkesan lebih "sepi"...

    Juga pemandangannya bagus... Banyak bangunan kuno yang pastinya menyimpan banyak sejarah.

    Semoga saja Corona cepat berlalu jadi saya bisa jalan jalan kesana lagi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin terkesan "sepi" karena perbandingannya dengan Jakarta ya.

      Semoga situasi segera kondusif yaaa. Amin

      Hapus
  5. Jalan kaki adalah sedetil2nya sebuah perjalanan, karena akan ada banyak hal unik yang bisa kita lihat di setiap langkah kita, bahkan di kota sendiri pun yang sehari-hari kita tinggali, ternyata banyak yg baru kita tahu..

    Aku ke Semarang terakhir kapan ya? Udah lamaaaaa bgt, belasan tahun lalu wkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju dengan statement-mu tentang jalan kaki.

      Sementara jalan-jalan ke Semarang secara virtual dulu yaa, sampe situasi membaik.

      Hapus
  6. Hampir mirip dengan kegiatanmu, Din .., aku juga sengaja jalan kaki pagi muterin kotaku buat cuci mata :).

    Aku sampai sekarang masih kerasa seneng aja kalo ke Semarang sengaja datengin kawasan pecinan sekitaran Gang Lombok ...lihat bangunan tua khas China & keramaian pasarnya.

    BalasHapus
  7. Wah, idenya boleh juga nih. Nanti aku coba. Udah kangeeeen banget sama jalan-jalan, tapi kayanya masih harus ditunda, huhuhu :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalan di sekitaran rumah aja, tetep ikut protokol kesehatan. Aku sih begitu kak, mental ini juga harus dijaga kewarasannya. Hehe

      Hapus
  8. Saya jadi kangen jalan kaki di pagi hari juga. Udah lama nggak jalan-jalan pagi. Padahal dulu waktu masih sekolah, tiap minggu pas masih gelap-gelapnya sering jalan-jalan. Lomba lari juga dan nggak pernah pakai sendal. Habis jalan-jalan telapak kaki pasti item semua😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuih keren. Jalan-jalan tanpa alas kaki itu istilah kerennya earthing, konon bisa membunuh energi negatif.

      Hapus
  9. terimakasih sudah berbagi cerita dari Semarang, saya belum pernah ke Semarang, jadi pengen kesana

    BalasHapus
  10. Mbak nya dari Semarang, yaa. Aku belum pernah ke sana nih. Kapan2 pengen ke sana, siapa tau kita bisa bertemu, haahahah

    BalasHapus
  11. Warna foto-fotonya Mbak Dini keren!

    BalasHapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer