Setelah Pandemi Covid-19 Berakhir, Pergi ke Museum Yuk!

Setelah semua cerita pandemi Covid-19 berakhir, mau piknik ke mana?

Meski rasanya cerita pandemi Covid-19 seperti belum menemukan ujungnya dan dunia memasuki fase the new normal, tapi harapan akan berakhirnya pandemi ini segera selesai. Aku udah kangen travelling dong. Sepertinya travelling yang agak aman di masa new normal paska pandemi Covid-19 adalah main ke museum.


Selama masa pandemi Covid-19, di rumah aja, dan nggak bisa travelling, salah satu kegiatanku adalah lihat galeri foto dan video. Melihat file lama, nonton foto dan video travelling di masa lalu jadi obat untuk mengatasi rindu akan travelling. Beberapa foto lama mengingatkan aku tentang masa-masa travelling ke beberapa museum di Jakarta;

Museum MACAN


Tahun lalu aku punya kesempatan datang ke Jakarta untuk bekerja. Asiknya, aku punya waktu beberapa jam di antara jadwal check sound dan latihan. Aku memanfaatkan sela waktu itu untuk mengunjungi Museum MACAN.

Saat aku datang ke Museum MACAN ada pameran dari Xu Bing. Awalnya sih aku cuma melihat nuansa warna hitam putih aja di pameran instalasi karya Xu Bing ini. Instalasi pertama adalah susunan korek api yang dibuat menjadi bentuk karpet raksasa bermotif kulit binatang. Hmmmm,, nggak kebayang itu kalo korek apinya ada yang jatuh satu.

Karya menarik berikutnya adalah ketika aku melihat susunan meja dan kursi layaknya di kelas. Di tiap meja ada kertas dan kuas. Di sini kita diperbolehkan menulis kaligrafi pada media yang disediakan. Tanpa bimbingan dari petugas, aku mencoba salah satu kertas yang kosong. Ada petunjuk bagaimana cara menggunakan kuas dan kertas istimewa ini. Kuas dibasahi, kemudian digoreskan di kertas. Kalau kertas dibiarkan agak lama, goresan tinta hitam akan menghilang sehingga orang lain bisa ber-experience menulis kaligrafi di kertas yang sama. Menarik.

Pameran kaligrafi Xu Bing Museum MACAN Jakarta

Setelah beberapa saat asik mengikuti tiap pola kaligrafi yang ada di kertas, seorang petugas datang dan menjelaskan tentang experience kami hari itu. Ternyata tulisan-tulisan yang kami tulis adalah tulisan berbahasa inggris yang ditulis dengan gaya aksara mandarin. Aku sudah nulis lumayan banyak kaligrafi di kertas ajaib, tapi baru paham setelah dijelaskan. 

Jadi siapa sih Xu Bing? Xu Bing ini adalah seniman seni grafis dan seni instalasi. Dia berasal dari Tiongkok dan memperkenalkan aksara mandarin yang dikenal rumit menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Pameran Xu Bing di Museum MACAN Jakarta

Ada karya instalasi menarik dari Xu Bing berupa ruang kerja yang penuh dengan kertas dan gambar. Xu Bing mengumpulkan gambar dan ilustrasi dari berbagai sumber dan  membuat bahasa universal yang mudah dimengerti oleh semua orang melalui gambar. Akhirnya terciptalah software yang mengubah kata-kata menjadi gambar dan simbol. :D

Pameran Xu Bing Museum MACAN Jakarta

Galeri Nasional Jakarta dan Pameran Sketsa


Di bulan berikutnya aku punya kesempatan untuk transit di Jakarta selama beberapa jam. Aku datang ke Jakarta naik kereta api dan berencana melanjutkan perjalanan ke Bandar Lampung menggunakan pesawat. Aku punya jeda beberapa jam yang kemudian kumanfaatkan untuk mengunjungi museum yang lain.

Kebetulan, Galeri Nasional Jakarta yang berlokasi di depan Stasiun Gambir sedang menggelar Pameran Sketsa. Biaya masuknya gratis. Tanpa pikir panjang aku datang.

Di sana dipamerkan berbagai macam sketsa. Salah satu yang menarik perhatianku adalah sketsa pada sebidang canvas yang berukuran sangat kecil. Ukurannya kira-kira sekitar satu ruas jari. Untuk menikmati sketsa kecil ini disediakan kaca pembesar.

sketsa semarang di pameran sketsa jakarta
Sketsa Semarang di Pameran Sketsa Jakarta

pameran sketsa jakarta 2019
Disediakan kaca pembesar untuk menikmati sketsa


Karya lain yang menarik untukku adalah sketsa-sketsa tentang bangunan tua di Semarang. Aku jauh-jauh datang dari Semarang ke Jakarta untuk nonton sketsa tentang Semarang. Hahaha. Entah sketsa-sketsa Semarang ini pernah dipamerkan di Semarang atau tidak, yang jelas aku menikmati Semarang dari Jakarta. 

Mengapa berkunjung ke museum?


Meski di masa pandemi covid-19 saat ini aku bisa berkunjung ke museum secara virtual, tapi pengalaman masuk ke dalam instalasi yang sudah ditata sedemikian rupa tidak bisa digantikan oleh tur virtual.

Aku suka menikmati visualisasi di museum. Selalu ada hal menarik tentang visualisasi di museum. Namanya juga museum, pasti ada sesuatu yang dipamerkan, termasuk visualisasi.

Tiap datang ke museum, aku seperti mendapat cerita baru. Ada ilmu-ilmu baru yang digelontorkan kepadaku. Aku dapat wawasan baru tentang segala macam. Hal-hal seperti kertas yang bisa ditulis ribuan orang dan bisa kembali jadi kertas putih yang baru atau lukisan sketsa dalam media sebesar ruas jari aku ketahui dari berkunjung ke museum.

Experience ketika datang ke museum juga selalu baru, beda, dan berkesan. Belajar kaligrafi sepuasnya, atau membolak-balik kertas sketsa menggunakan sarung tangan. Experience yang menyenangkan.

Museum MACAN Jakarta
Foto setelah main cat di salah satu ruangan di Museum MACAN Jakarta

Lah, nulis ini malah makin kangen main ke museum lagi

Jadi mari berandai-andai. Andai pandemi covid-19 berakhir, aku berencana main ke museum. 

Wishlist museum di Jakarta


Museum Wayang


Udah lama aku pengen main ke Museum Wayang Jakarta. Aku pengen lihat aneka jenis wayang, mulai dari wayang kulit, wayang dari rumput, bahkan wayang berbentuk boneka seperti Si Unyil dan teman-teman. Konon katanya Museum Wayang Jakarta punya koleksi lengkap dari seluruh jenis wayang se-Indonesia, bahkan dunia.

Museum Layang-Layang


Layang-layang adalah salah satu kenangan masa kecil yang nggak terlupakan. Mulai dari menyanyi lagu layang-layang, dapat tugas seni rupa jaman sd untuk bikin layangan, beli tali layang-layang di tetangga sebelah, lihat orang main layangan super besar dan bagus di Pantai Parangtritis, dan pengalaman nerbangin layang-layang di halaman rumah jadi hal-hal menyenangkan.

Konon katanya di Museum Layang-Layang ada berbagai jenis layang-layang. Kita juga bisa bikin layang-layang lagi dan nerbangin layang-layang di area Museum Layang-Layang. Seru kayaknya.

Museum Tekstil Jakarta


Aku suka dengan kain, terutama kain-kain tradisional yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Aku pernah punya impian untuk jalan-jalan keliling Indonesia untuk melihat aneka kain tradisional Indonesia dibuat di tempat asalnya. Main ke Museum Tekstil Jakarta sepertinya bisa mengobati sedikit kerinduan untuk melihat kain-kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia

Mengapa Jakarta?


Aku sengaja memilih Jakarta sebagai destinasi travelling setelah Covid-19 berakhir karena Jakarta punya banyak pilihan museum yang bisa aku datangi. Akses ke Jakarta dari Semarang,  kota tempatku tinggal sekarang, juga mudah. Aku bisa naik kereta api, pesawat, atau bus. Kalau pun mau repot naik mobil sendiri sudah ada akses tol Semarang-Jakarta yang mempersingkat waktu perjalanan.

Untuk masalah menginap di Jakarta, ada banyak pilihan hotel di Jakarta. Langganan aku dalam memilih penginapan adalah Red Doorz. Mengapa?

Menginap di Red Doorz


Red Doorz ini merupakan jaringan hotel murah di Jakarta yang harganya on budget, tapi fasilitasnya oke. Red Doorz kasih jaminan untuk 
  • ketersediaan linen bersih, 
  • air mineral, 
  • peralatan mandi komplit dengan shower dan kamar mandi bersih, dan 
  • ketersediaan wifi. 
Aku juga suka dengan kamar di jaringan hotel Red Doorz yang berdesain minimalis. Biasanya mereka pakai nuansa warna natural (putih dan kayu)  dengan warna merah, warnanya Red Doorz.

Aku sendiri punya pengalaman menyenangkan dengan Red Doorz. Aku dapat kamar bersih dan baru di Bandar Lampung saat transit menuju Way Kambas. Aku juga pernah check in jam 2 pagi di properti Red Doorz di Jakarta dan kamar pesanannku tetap tersedia.

Well, semoga situasi cepat kondusif. Semoga pandemi ini segera teratasi. Semoga harapan datang ke museum lagi bisa terlaksana.

Kamu, apa rencana kamu kalau pandemi berakhir?

Dinilint

Komentar

  1. Sebagai warga Cibubur yang berkantor di Jakarta, saya jadi malu sendiri belum banyak berkunjung ke museum museum yang dikunjungi Dini. Ini namanya hometown syndrome kali ya, merasa karena dekat jadi menunda-nunda untuk berkunjung hahahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha,, bisa jadi ya. Faktor dekat bikin mikir, ah kapan aja bisa ke sana,, tapi nggak jadi2 main ke sana.

      Aku aja kalo main ke destinasi wisata di semarang, kota tempat aku tinggal, malah jarang nulis di blog. Haha

      Hapus
  2. Museum Macan ternyata menarik juga. Setidaknya tampak nyaman buat dikelilingi. :)

    Sketsa-sketsa kecil di Galeri Nasional itu malaha jadi kayak prangko ya, Mbak? Banyak juga kayaknya prangko yang gambarnya sketsa begitu. Mudah-mudahan nanti Indonesia punya prangko-prangko yang gambarnya sekeren sketsa-sketsa itu.

    Kayaknya menarik juga sih main-main ke museum kalau keadaan sudah memungkinkan. Di sekitar sini lumayan banyak sih museum yang menarik. Baru beberapa yang tak datangi. Mungkin nanti waktunya untuk melihat sekitar. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya MACAN seru. Exhibition-nya juga ganti2.

      Sketsa2 kecil itu emang sebesar perangko sih kurang lebihnya. Gambar2 di perangko emang seru2 ya. Aku suka seri perangko yg jadi puzzle, kalo digabungin membentuk gambar utuh yg besar.

      Main ke museum emang seru, & sepertinya lebih aman karena biasanya pengunjungnya dikit.

      Hapus
  3. museum zaman now udah banyak yang dikemas menarik ya.. mungkin publikasinya aja yang kurang sehingga banyak yg belum tahu.. tapi ku setelah corona hilang masih blm ada hasrat kemana-mana dulu,, masih shock dengan perubahan dunia :D

    -traveler paruh waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Museum yg dikelola swasta biasanga lebih menarik & artistik, IMHO.

      Tenang2 dulu di rumah juga oke bang. Biar aman dulu semuanya ya

      Hapus
  4. Aku malah mau dolan ke museum yang berada di seberang Lawang Sewu. Entahlah, sepertinya menarik perhatianku ahahhahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kemarin sebelum pandemi museum itu lagi renov. Kemungkinan bakal ada kedai kopi warna ijo di bagian depannya.

      Aku berharap bagian dalamnya juga di-renov. Pas masuk ke sana tahun lalu suasananya gelap dan kotor. Padahal dari balkonnya bisa lihat Tugu Muda dan Lawang Sewu dari angle yang berbeda.

      Hapus
  5. Tiap kali traveling ke negara manapun, aku slalu coba cari tahu apa ada museum menarik di sana :). Walopun museum yg aku suka cendrung yg berbau sejarah apalagi kalo ada dark history ya mba. Cthnya kayak museum bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, museum s21 dan killing field di pnom Penh, musim Jend Nasution, museum Ahmad Yani dan lubang buaya di Jakarta, Ama museum korban Nazi di Poland. Aku suka yg begitu.

    Lebih suka lagi kalo museumnya interaktif , komplit datanya. So far kayak museum2 di Jepang itu aku bilang jauh dari ngebosenin Krn memang dibuat sangat interaktif. Semoga sih museum2 di JKT bisa seperti itu,jd pengunjungnya juga rame .slama ini kalo DTG ke museum2 di JKT, aku sedih Krn banyak yg sepi. Kesannya jd takut mau masuk :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belajar sejarah di museum lebih masuk ya dibanding baca catatan sejarah biasa.

      Aku juga suka banget museum yang interaktif. Semoga para pengelola museum bisa lebih kreatif dan ada investor yang punya visi dengan museum di Indonesia yak.

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer