Travelling di Masa Awal Pandemi Covid-19

Beberapa hari sebelum ditemukan pasien positif Covid-19 di Indonesia, aku sempat travelling ke Belitung. Ceritanya baru aku tulis kira-kira sebulan setelah menjalankan kehidupan normal baru selama pandemi Covid-19, terhitung sejak dari virus corona menyebar di Indonesia. 

Entah mengapa, anjuran untuk melakukan segala aktivitas di rumah aja, malah bikin mood menulisku menurun drastis. Duh, jadi curhat. Intinya, aku mau cerita tentang pengalaman travelling ke Belitung di hari-hari virus Corona mulai memasuki Indonesia.

travelling ke belitung

Mengapa ke Belitung?


Mengapa travelling ke Belitung? Karena aku mendapat tiket promo seharga dua ratus ribuan untuk dua orang dari Jakarta ke Belitung. Pulangnya juga dapat harga yang kurang lebih sama. Kebetulan aku dan travelmate sama-sama belum pernah ke Belitung. 

Belitung juga dikenal dengan pantai-nya yang cantik. Aku ingat saat membaca tulisan Andrea Hirata di novel Laskar Pelangi, juga visualisasi di film garapan Mira Lesmana berjudul sama, Laskar Pelangi.

Kami memilih perjalanan ke Belitung di awal Maret karena travelmate lega di tanggal segitu, begitu juga dengan aku, dan tiket promo-nya tersedia di tanggal itu. Selain itu kami berharap cuaca di Bulan Maret lebih bersahabat (*baca: cerah meriah sumringah) dibanding cuaca di bulan-bulan sebelumnya yang cenderung basah dan hujan.

Cuaca nggak menentu sebelum travelling


Sayangnya, beberapa hari sebelum keberangkatan kami ke Belitung cuaca di Semarang dan Jakarta (travelmate melaporkan) didominasi dengan langit berawan dan hujan deras tiap hari. Tiap hari. Bahkan di beberapa titik, di Jakarta, sampai ada drama banjir. Hmmmm.

Jujur aja, aku agak was-was dengan kondisi cuaca yang lebih banyak hujan dibanding cerah. 

Harapanku travelling ke Belitung adalah main di pantai, melihat langit cerah berwarna biru, nyebur ke laut, dan bersenang-senang. 

Berhubung aku tinggal di Semarang sedangkan pesawatku berangkat dari Jakarta, aku berangkat ke Jakarta menggunakan kereta malam. Mengingat jadwal pesawatku ke Belitung pagi banget, opsi naik kereta malam adalah pilihan terbaik. 

Stasiun & bandara yang sepi dan lengang


Malam itu aku diantar oleh hujan rintik dari Semarang menuju Jakarta. Di hari aku berangkat, stasiun dan kereta terasa lengang. Aku pikir, mungkin karena aku bepergian pada hari biasa, weekday, dan aku travelling saat low season.

situasi kereta api dan bandara saat pandemi

Saat di Bandara Soetta, aku juga merasakan ke-lengang-an yang sama dengan suasana di stasiun, baik di Stasiun Tawang juga di Stasiun Pasar Senen. Mungkin waktu itu bukan waktu yang tepat untuk melakukan perjalanan. Virus corona mulai menyebar ke seluruh dunia, cuaca juga sedang kurang bersahabat. Ah.

Perjalanan kami ke Belitung mulus layaknya pantat bayi yang selalu dioles baby oil

Belitung dari jendela pesawat

Kami tiba di Bandara H.A.S Hanandjoeddin sekitar jam 10 atau 11 pagi. Perjalanan pesawat dari Jakarta ke Belitung cuma sekitar 1 jam. Pesawat kami delay pagi itu sehingga jadwal berangkat yang seharusnya jam 6 pagi jadi molor ke sekitar jam 8 lebih. Maaf, kelamaan nulis jadi lupa detailnya. Hiks.

Sewa motor di Belitung


Cuaca di Belitung cerah, malah cenderung panas terik. Sebelumnya travelmate sudah sewa motor. Travelmate menemukan nomor kontak penyedia jasa sewa motor di Belitung, berkomunikasi dan deal harga via chat di whatsapp, dan janjian bertemu di bandara. Transaksi pembayaran dilakukan secara cash di bandara, ketika motor kami terima. 

Yang membawa motor adalah seorang pria yang ramah. Saat menerima motor, kami diminta untuk foto dengan baliho-nya mereka, sebagai testimoni untuk traveller lain yang ingin sewa motor. Selain dapat motor Honda Vario, ada fasilitas helm 2, jas hujan 2, dan bensin yang terisi setengah tangki. Lumayan, nggak perlu bingung kehabisan bensin di jalan.

Selama di Belitung kami akan mengandalkan motor untuk jalan-jalan. Harga sewa motornya sekitar Rp. 75,000 per hari. 

Kalau pesan untuk beberapa hari, kemungkinan besar bisa nego.

Tanjung Pandan


Perjalanan dari bandara ke pusat kota Tanjung Pandan sekitar 30 menit naik motor. Jalannya mulus, lurus, dan cenderung sepi. Mungkin karena hari itu adalah hari Minggu, dan kami melewati jalan itu di siang hari, yang mana cuacanya panas sekali.

jalan dari bandara Belitung ke Tanjung Pandan

Selama di Belitung kami menginap di Central City 2 Belitung. Lokasinya deket banget dengan Pantai Tanjung Tinggi, juga dekat dengan pusat kota. Selain itu harga bersahabat, sekitar seratus ribuan rupiah per malam. Kamarnya lumayan luas, dan bersih. 

Meski belum jam check in, tujuan pertama kami di Belitung adalah ke penginapan. Siapa tahu kami bisa early check in.

Bisa! Hari itu penginapan cenderung sepi dan kami bisa masuk kamar sebelum jam 14.00. Yippie.

Makan siang: Mie Atep Belitung


Setelah menaruh barang di penginapan, kami langsung pergi ke Mie Atep Beliltung untuk makan siang. Mie Atep Belitung ini selalu masuk di daftar tempat kuliner yang wajib dikunjungi ketika travelling ke Belitung. 

mi atep belitung

mi atep belitung

Mie Atep Belitung adalah mi khas Belitung yang disajikan beralas daun. Mie-nya punya rasa khas dengan kuah kental minimal. Kalau orang jawa bilang, "nyemek". Ada beberapa toping, tapi yang aku ingat cuma potongan kentang, udang, emping, timun, dan lainnya. Duh, efek kelamaan nulis jadi begini deh. Maafkan.

Ingatlah untuk pesan minum es jeruk kunci di belitung. Ini jeruk khas yang ada di Belitung dan rasanya emang khas dan beda. Yang jelas, es jeruk kunci sangat pas diminum di tengah udara Belitung yang panas.

Ketika perut kenyang, biasanya akan dilanjut dengan badan ngantuk. Begitu juga yang terjadi dengan kami siang itu. Kami pun pilih balik ke kamar hotel, menikmati AC di kamar dibanding menikmati panasnya udara Tanjung Pandan. Badanku juga mulai protes karena semalam cuma tidur beberapa jam di kereta dan sedikit di bangku tunggu bandara. 

Tidur siang di hari pertama liburan, enak juga.

Danau Kaolin


Sekitar jam 3 sore, ketika matahari sudah agak turun ke arah barat, kami keluar hotel dan naik motor ke Danau Kaolin. Waktu terbaik untuk mengunjungi Danau Kaolin adalah ketika pagi atau sore. Cuaca lebih adem dan cahaya pagi/sore lagi bagus-bagusnya. Nggak ada biaya masuk atau biaya parkir untuk menikmati Danau Kaolin.

Danau Kaolin ini sebenernya bekas tambang, tapi penampakannya bagus banget. Beneran bagus dengan warna biru cerah yang merupakan pantulan langit dan pasir-pasir putih yang mengelilingi. Melihat Danau Kaolin rasanya aku pengen nyebur buat berenang di situ, tapi tentu saja nggak boleh. Berbahaya. Mau mati apa?

Danau Kaolin Belitung

Danau Kaolin Belitung

Di sekitar Danau Kaolin ada beberapa galian tambang yang juga menarik dilihat. Pemandangan sepanjang Danau Kaolin juga menyenangkan karena didominasi langit biru cerah sore itu.

Pantai Tanjung Pendam dan matahari terbenam


Kami lanjut ke Pantai Tanjung Pendam untuk menikmati sunset di sana. Pantai Tanjung Pendam merupakan kawasan luas yang nggak cuma terdiri dari pantai aja, tapi ada banyak fasilitas publik seperti resto, warung, toilet, dan taman bermain anak-anak. Untuk masuk ke Pantai Tanjung Pendam, pengunjung harus membayar tiket parkir. Tiket parkir untuk motor Rp. 3,000.

Surprisingly, Pantai Tanjung Pendam penuh dengan manusia. Setelah sejak dari bandara, di jalan, bahkan di Danau Kaolin Belitung nampak sepi dan lengang, di pantai aku merasakan macet. Rupanya Pantai Tanjung Pendam ini jadi pusat hiburan untuk masyarakat lokal. Pantai Tanjung Pendam  layaknya mal bagi orang kota.

Aktivitas yang bisa dilakukan di Tanjung Pendam adalah pesan air kelapa dan pempek, lalu cari posisi nyaman untuk menikmati sore. Menjelang sunset, kami pilih turun ke pantai, berjalan di pasir hitam Pantai Tanjung Pendam, dan lihat matahari turun ke peraduan.

Pantai Tanjung Pendam Belitung

Makanan khas Belitung untuk makan malam


Untuk menutup hari pertama kami di Belitung, kami makan di Rumah Makan Belitung Timpuk Duluk. Rumah makan ini emang sengaja dibuat untuk traveller yang datang ke Belitung dan ingin mencicipi masakan khas Belitung. Menurutku porsinya banyak dan rasanya enak

makanan khas belitung

Interior Rumah Makan Belitung Timpuk Duluk juga unik dan menarik. Ada banyak pernak-pernik seperti tampah, blek kerupuk, dan printilan lain yang merupakan perabot dan perkakas yang digunakan rakyat Belitung di masa lalu, bahkan mungkin hingga saat ini.

rumah makan belitung timpuk duluk

RM Timpuk Duluk

Males baca, nonton video aja


Hari pertama perjalanan kami di Belitung diwarnai dengan cuaca cerah, pemandangan indah, dan makanan yang menggugah. Selain dalam bentuk tulisan, aku juga mendokumentasikan perjalanan ke Belitung ini dalam bentuk video blog.


Perjalanan di hari ke-2 sampai ke-4 akan aku tulis di post terpisah. Terima kasih sudah melakukan perjalanan ke www.dinilint.com. Sampai jumpa.

Dinilint 

Komentar

  1. btw, saya masih punya mengulang trip ke Belitung karena waktu itu tidak puas eksplor. maklum nyambi kerja kantor. beberapa rekomendasi yang ditulis dalam blog ini bisa jadi acuan nanti bila saya ke Belitung lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeay, makasih udah baca bang Indra. Semoga keinginan untuk explore Belitung dalam rangka liburan terlaksana.

      Hapus
  2. kalau hari pertama berjalan mulus gini, seneng bawaannya. malah nggak sabar nunggu besoknya.
    mie atep ini legend banget ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya nggak mulus-mulus juga si,, sempet ada sedikit masalah terkait makanan.

      Iya nih, rata-rata traveller yang ke Belitung selalu mampir ke Mie Atep

      Hapus
  3. Traveling terakhirku juga awal Maret ke Palembang #eaaa. Corona udah masuk di Indonesia, jadi dari berangkat udah pake masker.

    Harga sewa motornya sama dengan harga pas aku di Bangka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah sama dong,, aku juga awal Maret nih ke Belitung. Untung sempet main dulu ke sana, untung kamu sempet ke Palembang dulu, jadi lumayan lah sempet nge-date sebelum terpisah pandemi kannn.

      Kapan itu ke Bangka-nya?

      Hapus
  4. Belitong itu memang indah. Tempat tempat yang Dini ceritakan adalah landmark Belitong yang memang wajib dikunjungi. Ada banyak spot snorkeling yang menarik di sana. Sudah tiga kali ke sana, baik untuk kerja maupun pure traveling, saya pasti menyempatkan snorkeling di sana.

    Nice post, Dini 👍🏼👍🏼

    BalasHapus
  5. Seru juga kayaknya kulineran di Belitung. Postingan ini bikin saya nyesel nggak coba-coba makanan-makanan khas Belitung waktu ke sana. Sehari-hari cuma makan mi rebus dan minum kopi sobek. :)

    Pas mampir ke Tanjung Pendam, saya tiba-tiba inget adegan di film Laskar Pelangi pas Ikal dan Arai merantau ke Pulau Jawa, soalnya Zakiah Nurmala melambai-lambaikan tangan ke Arai dari sudut Tanjung Pendam. :D Btw, foto sunset di Tanjung Pendam itu keren banget, Mbak. :)

    BalasHapus
  6. Walopun aku ga terlalu suka pantai, tp Belitung masuk dlm kota fav, Krn kulinernya yg enak2 :D. Kesana dulu pas outing kantor, jd rame2.

    Itu yg jus jeruk, awalnya aku underestimate banget mba, apalagi penampakan pucet gitu kyk kebanyakan air. Ternyata pas dicoba, enaaak yaaa. Jeruk dan manisnya pas. Sukaaa bangetttt. Pgn sih ke Belitung LG kapan2. Ama Bangka sekalian. Denger2 makanannya juga enak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha,, jeruknya emang beda dan cuma ada di sana kan yaa. Aku juga awalnya mikir, ah cuma jeruk. Eh ternyata emang beda si amoy itu.

      Aku suka makan bakmi di Belitung. Beda-beda tapi enak semuaaa

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer