Travelling ke Palembang demi Pempek Palembang

Sudah lama aku pengen travelling ke Palembang. Alasannya sederhana,
"Aku pengen makan pempek asli bikinan orang Palembang di Palembang." 
Selain makan pempek di Palembang, apa  yang akan aku lakukan selama di Palembang?


Rasanya sayang kan kalau cuma beli tiket pesawat dari Semarang ke Palembang cuma buat makan pempek aja. Tapi aku tetep dong travelling ke Palembang. Aku stay selama 4 hari 3 malam untuk travelling di Palembang.
Ngapain aja?

Berhubung Dinas Pariwisata Kota Palembang menyatakan aku berhak jadi peserta Fam Trip Palembang Oriental Season di bulan Februari 2020, aku mulai mikir untuk berangkat travelling ke Palembang.

Dimulai dengan galau


Awalnya galau lho, secara harga tiket pesawat dari Semarang (tempat aku tinggal) ke Palembang ini lumayan menguras kantong. Iya, tiket menuju Palembang-nya mesti modal sendiri.

Tapi, aku nggak perlu mikir itinerary, mikir menginap di mana dan budget berapa, mikir transportasi selama di sana, dan makan selama acara berlangsung. Kalo kupikir-pikir lagi, kenapa nggak? Kenapa nggak kalau travelling kali ini aku cukup bermodal tiket pesawat aja, terus duduk manis ngikutin jadwal piknik. Sounds so fun, right?

Yeah, it really fun!


Aku sampai di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sore hari. Mbak Atik dari Dispar Palembang menyambut dengan senyum manis di Kedatangan. Lalu aku dipersilakan menunggu di ruangan milik Tourism Information Center

Palembang punya TIC (Tourism Information Center) yang niat di beberapa lokasi, salah satunya di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II. Hal ini jadi nilai plus untuk satu destinasi liburan. Ya, secara di destinasi-destinasi liburan di Indonesia ini sangat minim TIC yang menyediakan informasi yang dibutuhkan pejalan. TIC yang ada malah jelmaan travel agent yang mau jualan, harganya melonjak tajam.

TIC di bandara Palembang lokasinya ada di sebelah pintu kedatangan. Kalau kamu keluar di kedatangan, beloklah ke sebalah kanan. Ruangan TIC ada di sebelah kanan.

Mengapa aku nongkrong dulu di TIC? Karena aku menunggu Mbak Uniek tiba di Palembang, untuk kemudian bareng-bareng naik mobil menuju hotel di kota. Teman-teman yang lain, yang datang lebih pagi, diantar naik LRT menuju hotel. Kami nggak bisa nyobain LRT di hari pertama ini karena kami harus mengejar waktu untuk ikutan Welcome Dinner bareng Dispar Palembang.

Lama perjalanan dari bandara ke Kota Palembang naik mobil sekitar 45 menit - 1 jam.

Hello Palembang!


Kami, peserta FamTrip Palembang Oriental Season menginap di Hotel Emilia. Hotel ini lokasinya di tengah kota, satu kompleks dengan salah satu mal besar di Palembang. Kamarnya gede, kamar mandinya luas, dan wifi-nya kenceng. 

Dispar tahu aja, kami susah hidup tanpa koneksi internet.

Begitu sampai kamar hotel, aku disambut Amanda, blogger asal Jakarta yang jadi teman sekamar aku. Aku cuma sempat ganti baju, cuci muka, dan lanjut berangkat ke lokasi Welcome Dinner.

Lokasi Welcome Dinner kami adalah di Kedai 3 Nyonya. Bangunannya terbuat dari kayu, interiornya dipenuhi dengan  pernak-pernik jadul semacam meja bekas mesin jahit dan koleksi rantang bunga-bunga. Kami makan dengan menu prasmanan. Nasi ambil sesukanya, lauk juga ambil sesukanya. 

sambil makan, sambil menikmati koleksi keramik antik di Kedai 3 Nyonya

Selain menu berat; nasi dan lauk-pauk, ada juga cemilan dan jajanan khas Palembang dan tekwan. Sebenarnya aku agak kecewa. 

Di mana nih pempek yang aku cari? 

Hari pertamaku di Palembang berakhir tanpa pempek. Huhuhu. 
Sebenarnya, kalau aku datang lebih pagi, ada jadwal makan pempek di Resto Kapal Selam. Aku bisa menikmati makan siang dengan menu pempek seperti teman-teman yang lain. Sayangnya, tidak. Maybe tomorrow.

Hari baru, harapan baru (menemukan pempek)


Pagi itu aku kembali mencari menu pempek di menu sarapan hotel. Sarapan di Hotel Emilia adalah sarapan prasmanan all you can eat. Menunya bermacam-macam, mulai dari menu buah, salad, jajan pasar, gorengan, jamu, dan tentu saja ada menu makanan berat macam nasi dan lauk-pauk.

Sayangnya, pempek nggak ada di daftar menu yang terhidang di ruang sarapan. Yang ada tekwan, yang juga masih keluarga pempek. Tapi, tekwan yang ada cuma tinggal kuahnya doang. Aku udah minta mbak-nya untuk refill si tekwan, tapi nihil. Ya sudah. Mungkin aku akan ketemu pempek saat makan siang, atau  makan malam.

Musi Cruising


Hari ini kami dijadwalkan untuk ikutan Musi Cruising. Musi Cruising itu kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya menyusuri Sungai Musi naik kapal.

Kami memulai Musi Cruising dari dermaga ber-pemandangan Jembatan Ampera

Musi Cruising ini jadi salah satu highlight kalau kamu berencana travelling ke Palembang. Kamu bisa merasakan experience naik kapal di sungai besar kebanggaan masyarakat Palembang, melihat rumah-rumah terapung di pinggiran Sungai Musi, melewati bagian bawah Jembatan Ampera, dan merasakan sensasi ombak di Sungai Musi.
Iya, Sungai Musi berombak.

Destinasi menarik di sekitar Sungai Musi


Kalau kamu menyusuri Sungai Musi, coba minta diturunin di Dermaga Batu Ampar. Dermaga Batu Ampar lokasinya dekat dengan beberapa tujuan wisata di Palembang seperti:

  • Kawah Tengkurep, yang merupakan makan Sultan Mahmud Badaruddin I, salah satu sultan Palembang,
  • Makam Sabokingking, yang merupakan makam kerajaan,
  • Makam Ki Gede Ing Suro yang merupakan candi di Palembang.
Lho, kok makam semua. Iyaaa,, bagian awal eksplorasi-ku di Palembang memang diwarnai dengan ziarah makam, sekaligus belajar sejarah. 

Meski ke makam, tapi banyak hal menarik kok. Aku akan ceritakan lebih detail di post terpisah. Aku juga menunggah video perjalanan ke Palembang, termasuk ke destinasi-destinasi yang aku sebutkan di atas di Youtube: https://www.youtube.com/channel/UCMhghqNcWiRTVKp520n6NMw?view_as=subscriber

Sejarah, kultur, dan budaya


Tapi Palembang dan Sungai Musi nggak cuma tentang sejarah dan makam, ada juga kampung-kampung tua yang menarik, di mana aku belajar tentang kultur dan budaya Palembang.

Hari itu aku juga diajak berkunjung ke Kampung Al Munawar, kampung tua yang dihuni oleh keturunan Arab. Kampung ini berada di pinggiran Sungai Musi dan punya banyak bangunan tua yang menarik. Bahkan 8 rumah di antaranya menjadi bangunan cagar budaya.

Selain menikmati bangunan tua, aku juga bisa kenalan dengan anak-anak Kampung Al Munawar

Ada juga Kampung Kapitan, yang dihuni oleh keturunan Tionghoa. Di sana ada rumah panggung tua yang sekarang difungsikan sebagai TIC dan klenteng untuk berdoa. Seru!

Kuliner khas Palembang di pinggir Sungai Musi


Kami juga kulineran di sekitaran Sungai Musi. Kami makan pindang dari ikan patin di Warung Makan Mbok War. Masakan pindang ini merupakan salah satu masakan khas Palembang. Uniknya, warungnya berada di kapal, jadi mengapung.

Warung Makan Mbok War, yang di ujung kiri

Di dekat Warung Makan Mbok War ada Pasar 16, salah satu pasar besar di Palembang. Di depannya persis terdapat dermaga. Di sini, ada banyak kapal kecil yang jadi transportasi umum warga dari Palembang ke daerah sekitaran Palembang.

Pasar 16, persis di pinggir Sungai Musi

Selesai ikutan Musi Cruising dan beres menjelajahi Sungai Musi, kami lanjut jalan darat. Kali ini kami melewati Jembatan Ampera.

Model dan martabak HAR


Kami main ke Masjid Ceng Ho Palembang. Kebetulan di sana ada abang-abang jualan model. Model ini jenis pempek yang diberi kuah. Aku jajan dong. Lumayan lah hari ini bisa nyobain keluarga pempek.

Malamnya, kami diajak makan ke Martabak HAR, salah satu kuliner legendaris di Palembang. FYI, nama HAR ini merupakan kepanjangan dari Haji Abdul Rozak.

Di depan Martabak HAR ada ibu-ibu yang berjualan pempek panggang. Adonan pempek dimasukkan ke dalam wadah daun pisang kemudian dipanggang.
Setelah ini aku mau jajan pempek panggang lah.
Rencana tinggal rencana. Ternyata, perutku serasa mau meledak habis makan martabak. Kenyang banget. Gagal deh malam ini makan pempek panggang.

Menyebrang ke Pulau Kemaro


Acara hari kedua ini belum berakhir. Usai makan malam, kami kembali lagi menyusuri Sungai Musi untuk pergi ke Pulau Kemaro. Kami sengaja diundang Dispar Palembang di Bulan Februari untuk menyaksikan event Cap Go Meh di Pulau Kemaro. Istimewanya lagi, kami akan berangkat ke Pulau Kemaro bareng Sekda Palembang.

Kapal pejabat pasti mewah dong. Yaaa,, buat aku ya kapalnya bersih dan lega. Kami bisa lihat Jembatan Ampera (lagi). Well, atmosfer dan pemandangan Jembatan Ampera di malam hari dan siang hari berbeda, beda rasa, beda visualisasi.

Ketika kapal mulai berlayar, para pejabat duduk di lantai bawah, sedangkan kroco-kroco macam kami duduk di atas ditemani angin malam yang bikin masuk angin.

Akhirnya...


Sekitar sejam perjalanan, kami diajak untuk turun ke bawah. Yeay, kami kebagian ikutan makan juga. Ternyata ada jamuan makan berupa jajanan, buah, pempek dan es kacang merah. Aku tentu saja langsung nyobain pempek dong.
Akhirnya,,, pempek pertama aku di Palembang. Enaaaaak.
Pempek seharga lima ribu rupiah sebiji. Enak!

Pencarian tentang pempek masih berlanjut dong. Mumpung di Palembang, makannya nggak cuma sekali, tapi beberapa kali. Cerita Palembang dan pempek aku lanjutan di https://www.dinilint.com/2020/03/pempek-paling-enak-palembang.html.

Terima kasih udah baca dan sampai jumpa!

Dinilint

Komentar

  1. Palembang welcome you. Semoga berkesan baik ya kunjungan ke Palembang kemarin mbak Dini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Ko Deddy!
      Sambutan Palembang menyenangkan, dan aku masih pengen balik lagi demi makan pempek di Palembang lagi :D

      Hapus
  2. Wahh asiknya yang ikut famtrip! Seru banget kayaknya. Belum pernah ke Palembang dan bucketlistnya ya cicip pempeknya yang melegenda. Entah kenapa kalau liat jembaran ampera ini aku teringat jembatan di San Fransisco *yang kuliat dr film2 hollywood.

    Sungai musi memang berwarna kecoklatan gitu ya mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa karena warnanya sama-sama merah, jadi tampak mirip antara jempatan ampera dengan jembatan di SF?
      Tapi emang warna merahnya eye catching ya.

      Iya, sungai Musi emang warnanya coklat gitu, mirip dengan Sungai Chao Phraya di Bangkok.

      Hapus
  3. Rute ke Palembang memang tricky. Dari Bandung udah nggak ada penerbangan langsung, dulu ada Xpress Air. Jadi sekarang harus ke Jakarta dulu. Selamat ya sudah berhasil ke Palembang dan makan pempek :)

    Nggak diajak ke Masjid Agung Palembang sama MONPERA?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bandung ke Jakarta masih deket lah, pilihan moda transportasinya juga banyak dan ada yang langsung ke airport kan.

      Iya nih, happy banget bucketlist makan pempek di Palembang udah dicoret, tapi tetep pengen lagi :D

      Ada sih pergi ke Masjid Agung Palembang, tapi cuma lewat depannya aja, nggak mampir.

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer