Destination No Where

Tanggal sudah ditentukan. Libur sudah diatur. Tiket sudah di tangan. Backpack sudah dikemas. Teman jalan sudah ditemukan. Namun tujuan, entah dimana. Destination no where.


Rasa rindu untuk melebarkan sayap kembali merasuki jiwa saya. Kebetulan saat itu long weekend datang menyergap. Tim jalan2 sudah menyiapkan rencana. Namun cuaca yang tak menentu membuat rencana yang sudah disusun jauh-jauh hari harus ditunda. Aku tak peduli. Kami tak peduli. Ke mana pun tujuannya, kami butuh berkumpul dan menghirup udara yang lain.

Tengah malam itu aku bertemu dengan tim di atas kereta ekonomi. Mereka membawa berita baik dan berita buruk. Berita baiknya; yeay kita bertemu lagi. Berita buruknya; setelah delapan jam mereka bersama dalam kereta, destinasi belum juga ditemukan. Baiklah, kita tunggu sampai kereta ini berakhir di Pasar Turi saja.

Matahari belum menampakkan wajahnya ketika roda-roda kereta berhenti tepat di Stasiun Pasar Turi. Foto-foto, cuci muka, gosok gigi, dan foto-foto lagi adalah aktivitas favorit pagi di Pasar Turi. Tujuan selanjutnya sudah dibicarakan. Menuju Terminal Bungurasih.


Pagi setelah perjalanan berjam-jam, tentu saja cacing-cacing dalam perut protes minta kehangatan. Teringat pengalaman dulu - makan soto nggak enak dengan harga nggak sesuai - di warung dekat stasiun, kami lebih selektif memilih warung. Pilihan jatuh pada warung tenda kecil yang cukup banyak fans. Berhubung warungnya kecil, kami mesti tebar lapak sendiri di parkiran ruko yang masih kosong. Makan kali ini enak, pilihan menunya banyak, dan yang jelas semua menu dihargai Rp.7000 seporsi. Nyam nyam.


Terminal Bungurasih belum berubah sejak kami tinggalkan beberapa bulan lalu. Kali ini pilihan kami jatuh ke bus menuju Probolinggo. Sekitar 5 jam kami duduk tenang di bus, tertidur, terbangun, tertidur, dan terbangun lagi. Sampai terminal Probolinggo yang airnya bersih dan kamar mandi agak luas, beberapa dari kami pilih mandi siang. Selesai mandi, elf sewaan siap mengantar. Next destination.


Elf ini sepertinya hanya mau jalan tenang. Kecepatannya tidak lebih dari 50 km/jam. Tetap aktivitas kami duduk tenang, tertidur, terbangun, tertidur, terbangun lagi. Kadang saya juga merenung sambil menatap jalanan. Saya melewati PLTU dan teringat perjalanan wisata saat SMP dan SMA. Kali ini saya berwisata bersama tim yang tidak satu SMP, atau satu SMA, atau satu kerjaan. Saya juga melihat hamparan pasir putih, lautan luas, dan kapal-kapal kecil dengan layar warna-warni yang indah. Oh,, praise the Lord. Berkali-kali saya bersyukur pada Tuhan. Inilah bagian perjalanan yang selalu membuat saya kangen.


Matahari yang naik sangat tinggi dan waktu yang sudah berlalu membuat lambung kami kosong kembali. Berkat rekomendasi mas sopir elf, kami mampir ke sebuah warung makan yang punya menu ikan goreng. Satu porsinya Rp.10,000. Berhubung kami ber12 dan si ibu sendirian, kami harus sabar sebelum menikmati ikan goreng yang benar-benar baru digoreng. Enak. Servis di warung makan ini memuaskan, mulai dari charge handphone sampai mandi puas. Bahkan teman saya dapat kolak gratisan dari si ibu.

Perut kenyang, matahari mulai bergeser ke barat, dan roda elf mulai bergerak. Tujuan sudah ditentukan. Baca posting lanjutan,,, :)

Komentar

Postingan Populer