Benteng Portugis

Hari libur nasional adalah hari yang menyenangkan. Itu adalah hari dimana seluruh anggota keluarga bebas dari tugas masing-masing dan bisa berkumpul bersama. Senangnya.
Keluarga besarku suka melakukan kumpul-kumpul secara spontan saat hari bebas itu. Kemudian ide spontan pun tercetus. Ayo jalan ke Benteng Portugis. Seru seorang anggota keluarga. Tak disangka ajakan itu pun disambut gembira oleh anggota keluarga yang lain. Dua mobil siap diberangkatkan. Dan sekitar 150km jalanan siap kami tempuh.







 

Benteng Portugis adalah sebuah benteng peninggalan masa penjajahan beratus-ratus tahun yang lalu. Ditilik dari namanya, yang membangung adalah Bangsa Portugis. Letaknya di dekat Ndukuhseti, Pati. Kami berangkat dari Semarang, melewati Jepara, dan terus mengikuti arah jalan. Sebenarnya rute ini lebih jauh. Tapi kami bisa mampir ke sebuah pasar yang komoditas utamanya adalah duren. Menikmati semangkuk es duren di udara panas sangatlah menyenangkan.

Butuh waktu kira-kira 3 jam untuk mencapai lokasi Benteng Portugis. Suasana panas khas pantai dengan anginnya yang segar menyapa kami. Kami menuju jalan naik, melihat bagaimana bentuk si benteng ini. Bangunan seperti tabung yang terbuka berdiri di ujung bukit kecil. Sayang, di depan tampak hutan belukar. Seharusnya hutan ini dibersihkan sehingga kami bisa mendapat pemandangan bebas ke laut lepas dan Pulau Mandalika di ujung sana.

Tak puas dengan yang bisa kami pandang di atas, kami mengikuti tangga batu untuk turun ke bawah. Di pantai, pemandangannya lebih menyenangkan. Kamera pun beraksi. Ternyata setiap sudutnya fotogenic. Ah, senangnya :D. Selain berfoto, kami bisa main2, leyeh2, makan2, minum2.

Saat senja datang, langit berubah menjadi begitu cantik. Bahkan ubur-ubur yang tampak raksasa datang ke pantai untuk menemani kami menikmati senja.

Kami memilih rute pulang yang berbeda dengan rute berangkat. Dari benteng kami belok kiri. Tak disangka kami mendapat pemandangan spektakuler di jalanan kecil berliku yang aspalnya mulai grompal. Di sisi kanan jalan tampak pemandangan gunung kapur berwarna putih. Di belakangnya sang mentari sedang melambaikan tangannya tanda ingin istirahat. Langit berwarna jingga-orange-emas. Ah indahnya.

Perjalanan pulang melewati Pati, Kudus, Demak membawa kami kembali ke Semarang.

Komentar

Postingan Populer