1 Tahun Setelah Rekonstruksi Nama Sebagai Kamania Lintang Brianna

Setahun ini aku menjalani rekonstruksi nama. Nama lahirku adalah Dini Lintang Asri. 37 tahun kemudian aku kenal dengan ilmu rekonstruksi nama dan memutuskan melakukan rekonstruksi nama menjadi Kamania Lintang Brianna.



Mengapa?

Karena aku ingin hidup tenang, damai, berlimpah rejeki, dan selalu dikelilingi vibrasi positif.

Aku ceritakan pengalamanku hasil menjalani rekonstruksi nama ya.


Gorengan


Satu hari aku sedang menggoreng bakwan goreng. Saat aku sedang melakukan proses goreng-menggoreng, ibu asisten komentar, “Mbak Lintang, itu gorengannya gosong. Coba apinya dikecilkan sedikit supaya warnya tidak hitam gelap, tapi jadi cantik keemasan.” 


Lintang sebelum rekonstruksi nama:

Mood-nya pasti udah turun ke inti bumi, muka ditekuk, trus lihat si ibu sambil meringis tapi bete. Sambil dalam hati nyebut, “yaaa ini kan gorengan aku sendiri yang makan.” Kemudian bisa bete tiap lihat ibu asisten sampai beberapa hari kemudian.


Lintang setelah rekonstruksi nama:

Aku otomatis merespon dengan senyum sambil berkata, “Iya ya bu…” sambil melihat dengan cermat gorengan di wajan. Lalu mengikuti instruksi ibu asisten untuk mengecilkan api. Hasil akhirnya ya tetap bakwan gorengku ada bagian hitamnya, tapi aku nggak menyimpan rasa kesal pada ibu asisten.


Marah

Hari itu udara berasa lembab, langit gelap, dan anginnya memberi pertanda sebentar akan turun hujan. Semenit kemudian, matahari datang dan bersinar terang. Angin pertanda hujan hilang begitu saja berganti jadi sumuk, gerah, dan panas.


Cuaca macam begini berganti-ganti tiap 5 menit. Galau macam anak muda mau ketemu gebetannya di gerbang sekolah. Aku yang mau pergi naik motor jadi ikut galau, hari ini aku bakal kehujanan atau nggak ya.


Demi mengatasi kegalauan cuaca, aku memilih untuk pakai jaket panjang yang terbuat dari bahan parasut yang bahannya water repellent. Jadi misal di tengah jalan hujan rintik tiba-tiba datang, aku sudah terlindung dari basah. 


Aku pun merasa keren banget kalo lagi pake jaket ini. Berasa lagi jalan-jalan di Paris saat autumn, karena emang ada kenangan pakai jaket ini di Paris di suhu belasan derajat saat hujan turun. What a nice wet memory.


Pakde yang melihat aku keluar rumah saat matahari bersinar terang langsung berkomentar, “Nggak hujan kok pakai jas hujan.”


Lintang sebelum rekonstruksi nama:

Marah dong. Gila apa, ini pakde nggak ngerti style apa gimana sih. Ini kan namanya sedia payung sebelum hujan, tapi in a stylist way. Biasanya kalo marah gini, aku bakal diem aja, terus pergi, dan akan kuingat kemarahanku pada pakde sampe di masa-masa mendatang.


Lintang sesudah rekonstruksi nama:

Marah juga. Yha gimanaaa, aku lho merasa keren banget pake jaket ini. Nggak cuma aku lho yang merasa, temen-temenku juga banyak yang kasih compliment positif ketika aku pake jaket ini. Ditambah ada nilai plus dari jaket ini, yaitu untuk tetap kering kalau kalau hujan datang.


Tapi semenit kemudian, aku sadar dan bilang sama diri sendiri, “Lintang ngapain marah?” Lalu api yang berkobar-kobar di pikiran dan perasaan Lintang mendadak padam, kemudian aku merasa malu. 

Untuk apa coba marah untuk hal yang nggak perlu dibikin marah. 

Pendapat pakde ya sudah, respon Lintang ya cukup menghargai pendapat pakde. Toh pakde nggak merugikan Lintang lho.


Piknik yuk


Ada waktu di mana aku bisa pergi ke tempat baru tiap bulan. Pada saat itu, tiap aku lihat ke album foto digital, aku selalu takjub dengan diriku, “Wow Lintang, kamu keren!”


Yang tidak aku sadari, aku nggak pernah bikin anggaran untuk setiap acara piknik itu. Eits jangan salah, kalo nabung buat liburan, iya dong. Tapi aku nggak pernah benar-benar hitung aku butuh uang berapa untuk pergi piknik. Aku juga nggak pernah benar-benar hitung berapa uang yang aku butuhkan untuk hidup nyaman di masa mendatang. All about today dan percaya aja pasti ada rejeki untuk aku.


Hal ini juga terjadi karena aku punya FOMO, fear of missing out, terutama sama tiket promo. Jadi aku dulu suka banget hunting tiket promo. Lintang yang sekarang juga sih :P. Yang membedakan, Lintang yang dulu pokoknya beli dulu, nggak peduli uangnya saat itu tinggal seiprit pokoknya beli.


Lintang sebelum rekonstruksi nama

Lintang yang dulu bermodal yakin aja pasti ada uang ketika dibutuhkan. Yha,, ini bagus sih, tapi dengan pikiran yang seperti itu Lintang jadi nggak bisa mengelola uang. Jadi kalo ada uang bawaannya pengen dihabiskan gitu. 


Lintang setelah rekonstruksi nama

sudah bisa mengatasi rasa FOMO karena Lintang yang sekarang otaknya udah bisa bikin perencanaan yang lebih rapi dibanding Lintang yang dulu. Lintang si capricorn yang logis muncul dan kelogisannya bisa berguna.


Jadi misal Lintang mau berangkat ke Hongkong, Lintang udah cek dulu untuk penginapan butuh berapa, untuk makan butuh berapa, untuk transport butuh berapa, ditotal perkiraannya. Terus dihitung, Lintang masih punya waktu berapa lama, jadi masih bisa nabung berapa per bulan sampe waktu keberangkatan.


I know sebenarnya ini common sense, hal lumrah. Tapi Lintang yang dulu nggak peduli dengan hal begini. Serasa otaknya tuh semrawut, nggak terorganisir dengan baik. Lintang yang sekarang otaknya lebih rapi. Jalannya lebih tertata.


Lintang yang dulu punya prinsip go with the flow. Apa yang terjadi terjadilah.

Ternyata, hukum pikiran nggak begitu lho. Kejadian yang ada di dunia ini terjadi karena pikiran kita mikir. Jadi misal Lintang mikir, Lintang mau hidup damai, tenang, dan banyak uang, maka terjadilah.


Tapi ya terjadinya nggak ujug-ujug, nggak mendadak just like magic. Ada hal-hal yang mesti diusahakan.


Ya kayak tabungan piknik tadi. Kalo Lintang mau pergi ke Hongkong, Lintang mesti punya uang untuk menginap, makan, dan transport. Dihitung jumlahnya. Dihitung lagi sudah punya berapa banyak. Dihitung lagi kurang berapa banyak. Yang kurangnya ini bisa ditambah dari mana. Diusahakan.


Jadi begitulah, 1 tahun Dini Lintang Asri jadi Kamania Lintang Brianna.


Aku merasa otakku jadi lebih rapi dan bisa mikir dengan terorganisir, perasaan lebih terkontrol dan emosi jauh lebih cerdas.


Catatan:

Setelah menerima nama baru hasil rekonstruksi nama, aku mengubah nama akun instagram dari @dinilint menjadi @di.lintang

Well, aku masih pakai nama Dini di dunia kerja.


Jadi aku masih pakai kata “di” untuk membiasakan ke teman-teman yang mengenal aku dengan Din, supaya nggak kesulitan menemukan akunku dengan namanya yang baru. Eh, ternyata banyak teman ingat nama Lintang dan search Lintang yang berakhir ke akun wastraku @kamania.lintang.brianna. 


Jadilah aku mengubah lagi nama akunku menjadi @lintangbrianna. Meski nama panggilanku Dini dan Lintang, aku pilih nama Lintang untuk tetap ada saat rekonstruksi nama karena memang ini nama panggilan aku dari kecil.


Untuk memeringati perubahan nama akun, muncul ide untuk membuat post “panggil aku Lin” di instagram. Lin untuk Lintang, dan perubahan dari Din ke Lin terasa lebih gampang bukan. 


Nah tapi,, aku pengen pas aku post tentang “panggil aku Lin”, aku bisa refer ke tulisan panjang di blog ini.


Bagian diriku yang melas sempat memilih untuk menunda beberapa saat untuk menulis tulisan panjang ini. Alasannya? Nanti saja, belum mood. 


Lintang sebelum rekonstruksi nama pasti akan me-pukpuk ‘mood nanti saja’ ini. Lintang setelah rekonstruksi nama bertanya, “Apa alasan yang membuat kamu bilang nanti saja? Yuk kita catat hal-hal apa saja yang perlu kita lakukan lalu kita bikin prioritas.”


Dengan otakku yang sudah jauh lebih rapi dan terorganisir, aku pun membuat daftar apa saja yang perlu kukerjakan, lalu menyusun prioritas. Ini nampaknya hal yang biasa, tapi untuk aku hal seperti ternyata luar biasa lho.


Hasilnya, aku berhasil menggeser diriku yang malas dan melakukan setiap daftar apa saja yang perlu kukerjakan dan akhirnya menulis tulisan panjang ini.


Satu lagi hasi rekonstruksi nama, aku bisa melakukan apa yang harus kulakukan, demi tujuan hidup damai, nyaman, dan banyak uang :D

Komentar

  1. Mba, ini berarti resmi dan formal yaa prosedurnya? Termasuk semua dokumen kayak akte lahir , SIM, KTP, jadi berubah? Aku baru tahu rekonstruksi nama. Pernah sih ada orang yg mengganti namanya krn alasan tertentu. Tp memang disahkan secara hukum juga. Apa sama dengan rekonstruksi nama ini?

    Menarik sih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku nggak lanjut ke bagian formalnya mbak Fan. Untuk urusan birokrasi aku tetep pakai nama dari lahir. Karena untuk urus ini itu banyak sekali biayanya juga banyak sekali.

      Yang penting jiwaku udah tahu namaku ganti. Mirip kayak domain gitu kali ya. Domainnya ganti.

      Nah setelah dapat nama baru, aku tulis namaku di kertas tiap malam selama 3 bulan berturut-turut sambil dengerin musik dengan frekuensi tertentu. Tujuannya supaya akunya tahu dengan nama baru ini.

      Yaaa semacam tuning gitu lho mbak. Kayak kalo kita dengerin radio, frekuensi-nya masih kresek-kresek kan. Trus digeser-geser frekuensinya biar jernih suaranya.

      Hapus

Posting Komentar

Thank you for reading and leaving comment :)

Postingan Populer